Chereads / Actor's Secret Wife / Chapter 5 - Bastian Nyebelin

Chapter 5 - Bastian Nyebelin

***

Mentari pagi mulai mengeluarkan cahayanya. Menyinari bumi seperti tumbuh-tumbuhan yang senang saat mereka mendapatkan sinar hangat dari cahaya matahari.

Burung-burung mulai berterbangan di langit pagi yang cerah ini, tak lupa para burung itu berkicau saat mereka terbang. Menyambut keindahan pagi hari dengan kicauan mereka.

Para makhluk hidup seperti manusia, memulai aktivitas mereka di pagi yang cerah ini, begitupun dengan hewan-hewan yang sudah keluar menyambut indahnya pagi.

Di sebuah bangunan yang minimalis, terdapat dua buah anak adam dan hawa sedang tertidur di kamar mereka masing-masing.

KRING!

KRING!

KRING!

Terdengarlah suara bunyi alarm di masing-masing kamar mereka. Gadis manis yang tadi sedang enak-enakan bergelung di selimut tebal dia, Sekarang tidur gadis itu sedikit terusik.

"Eughm," desis gadis itu.

Gadis itu mulai membuka mata dia mencoba menengok kearah jam dinding, ternyata jarum jam sudah menunjukan pukul lima pagi.

"Oh masih jam lima," ujarnya setengah sadar.

Dan kembali memejamkan matanya lagi, seketika gadis manis itu langsung membuka matanya saat sadar jarum jam sudah menunjukan pukul lima.

"Apa jam lima? Anjir aku belum masak sarapan," panik gadis itu yang langsung bangun dari tidurnya.

Dengan cepat-cepat gadis itu langsung lari masuk ke dalam kamar mandi, untuk cuci muka dan gosok gigi. Setelah selesai dengan kegiatan dia di kamar mandi gadis manis itu segera bergegas kearah dapur. 

Berbeda dengan gadis remaja yang tengah sibuk dengan alat-alat dapur. Seorang pemuda yang tengah enak-enaknya tertidur, Merasa terusik dengan suara bising dari jam weker.

KRING!

"Jam siapa sih nganggu orang tidur aja!" erang pemuda itu sembari salah satu tangan dia mencari asal bunyi jam weker itu.

Dengan mata yang masih tertutup, akhirnya jam weker itu pun sudah mati alias tidak bersuara lagi. Sang pemuda kembali tidur lagi melanjutkan mimpinya menikah dengan jodoh dia.

"Saya terima nikahnya Achila Abreana dengan mas kawin-"

BRUK!

Anggap saja bunyi orang jatuh dari tempat tidur.

"Aduh pantat gue sakit banget njir," decak Bastian.

Dengan raut wajah kesalnya Bastian mengusap-usap pantat dia, yang habis mencium dinginnya lantai.

Iya sedingin kamu sama aku,

Oke back to topic.

"Baru juga mimpi mau kawin sama Achi! Eh malah kagak jadi pakek acara jatuh dari ranjang segala," dengus Bastian.

"Nasib cogan gini banget sih! Untung gue jatuh kagak ada yang lihat. Kalau dilihat Achi mau di taruh mana muka gue?" gerutu Bastian.

Karena capek mendumel Bastian pun segera bangun dari aksi nyungsep dia di lantai. Dan berjalan kearah kamar mandi, untuk mandi karena jarum jam sudah menunjukan pukul lima lebih dua puluh menit.

***

Kini arah pandangan Achi fokus menatap sebuah sayur kangkung. Pagi ini rencana Achila adalah ingin memasak tumis kangkung saus tiram, dan juga tempe goreng.

Harumnya bumbu yang sedang di tumis itu, membuat perut Achila seketika keroncongan cacing-cacing di perutnya mulai meronta-ronta ingin segera di beri makanan.

Kurang lebih dua menitan Achila menumis bumbu, dia pun segera menuangkan segelas air ke dalam panci. Sembari menunggu air tumisan bumbu itu mendidih, salah satu tangan Achila mengambil satu buah tempe.

Merajang dengan tipis-tipis tempe itu, merasa air tumisan tadi sudah mendidih Achila langsung memasukan kangkung yang sudah dia siapkan tadi.

Diaduknya dengan pelan-pelan dan sekarang tinggal menunggu kangkung itu mendidih.

"Bawang putih mana bawang putih?" tanya Achila pada dirinya sendiri.

Sangking sibuknya perempuan itu mencari-cari bawang putih. Gadis itu sampai tidak sadar jika Bastian tengah berada di depan pintu dapur.

Menatap tubuh mungil wanita yang menganggumi dia sendari dulu itu, dengan kedua tangan di lipat di dada. Mata tajam pemuda itu terus menatap tubuh Achila yang bergerak kesana-kemari.

"Cantik," lirih Bastian tanpa sadar.

Sadar dengan apa yang diucapkan dia tadi, Bastian langsung mengerjabkan mata dia.

"Eh tadi gue bilang apa? Achi cantik?" heran dia.

Tapi benar juga sih dengan apa yang dia ucapkan tadi.

Secarakan Achila itu udah cantik dan manis, pintar memasak dan mengurus rumah walaupun di usianya yang masih remaja. Achila bisa di bilang dengan anak yang tidak neko-neko.

Dalam artian seperti wanita rumahan yang tidak suka keluar tanpa tujuan. Achila itu tipikal anak gadis yang suka baca buku novel dan melakukan aktivitas yang membuat dia nyaman di rumah.

Sungguh Achila ini adalah tipe istri Bastian.

Bastian masih setia menatap Achila dengan pakaian piyama bergambar doraemon yang menempel di tubuhnya. Tak lupa rambut hitam lekat dan panjang yang di cepol.

Sungguh lelaki mana yang tidak terpesona dengan kecantikan alami dari seorang Achila.

"Loh Mas Tian sudah bangun?"

Tanya Achila saat dirinya tengah membalikan badan mencari wadah untuk sayur kangkungnya tadi.

"Hah kamu tadi bilang apa?" tanya Bastian yang kurang fokus.

Menghela napas dan menatap malas sosok pemuda di depannya ini,

"Mas Tian sudah bangun?"

"Kamu lihatnya gimana aku udah bangun apa belum," jawab Bastian dengan tampang santainya.

Sangking santainya Achila ingin sekali mengetok kepala idolanya itu dengan sendok. Sungguh Achila kesal bukan main dengan sosok pemuda yang umurnya enam tahun lebih tua dari dia.

"Pantes Mas Arga suka kesel kalau bicara sama Mas Tian. Soalnya Mas Tian kalau ditanya bukannya jawab ini malah balik tanya," kesal Achila.

Gadis yang usianya masih muda dan masih dalam tahap labilnya itu, mulai melangkah menjauh dari tubuh Bastian untuk menata masakan dia yang sudah matang.

"Pertanyaan kamu itu nggak bermutu tahu nggak? Udah tahu aku sudah bangun masih aja di tanya. Kalau aku belum bangun ya semestinya aku masih tidur bukan berada di sini," jawab Bastian yang ikut kesal dengan sifat Achila.

"Oh jadi pertanyaan aku nggak bermutu gitu? Oke Mas nggak usah makan langsung pulang aja sana!" usir Achila dengan wajah sinisnya.

Bastian yang tadi sedang mengatur nafasnya agar tidak kelepasan emosinya. Lebih baik dia mengalah saja dengan manusia berjenis kelamin perempuan.

Daripada dia tidak di beri makan oleh Achila, lagian ini juga masih pagi masih jam enam kurang lima belas menit. Dan manager kampretnya itu juga belum menjemputnya.

Bastian melangkahkan kaki dia kearah Achila yang sedang menuangkan sayur ke wadah. Memeluk tubuh Achila dari belakang membuat gadis manis itu terkejut bukan main dengan kelakuan sang idola.

Seketika jantung Achila mendadak menjadi disko,

"Maafin Mas ya Achi. Udah bikin kamu kesel pagi-pagi gini," lirih Bastian tepat di telinga Achila.

Tubuh Achila menegang dan kakinya lemas seperti jelly, mendegar bisikan permintaan maaf dari Bastian. Entah mengapa membuat hati Achila menghangat seperti orang sedang kasmaran.

"I-iya Mas Achi maafin kok. T-tapi ini pelukannya di lepas dong," ujar Achila dengan takut-takut.

Bukannya melepas pelukan mereka Bastian malah semakin mengeratkan pelukan mereka, wajahnya di sembunyikan di ceruk leher milik Achila.

Achila yang merasakan hembusan nafas Bastian di lehernya, entah mengapa malah membuatnya kegelian bukan main. Sekuat tenaga tangan Achila mencoba melepaskan kedua tangan Bastian yang bertengger manis di pinggang rampingnya.

"M-mas lepasin dong pelukannya! kita itu bukan mukhrim loh Mas," ucap Achila mengingatkan status mereka hanya sebatas idola dan fans.

"Jadi kamu ngode nih sama aku? Kode minta di halalin. Hayuk dah kalau gitu kita ke KUA sekarang aja," goda Bastian.

Pipi chuby Achila yang tadi biasa aja mendadak menjadi merah merona. Karena mendengarkan gombalan maut dari seorang aktor tampan bernama, Sebastian Albercio M.

"Mas Tian apa-apaan sih! Pagi-pagi udah bikin baper anak orang aja," gerutu Achila.

"Bibirnya jangan di mayun-mayunin gitu dong Sayangku. Nanti kalau aku khilaf terus cium kamu gimana?" bisik Bastian yang kembali mengoda Achila.

Sepertinya Bastian memang bakat sekali mengombali sosok Achila.

"Ih dasar om-om mesum! Jauh-jauh dari Achi! Achi nggak mau di godain Om-om mesum," teriak Achila.

"Om-om gini kamu juga ngefans kan sama aku,"

Melihat wajah Bastian yang berucap begitu dengan alis yang di naik turunkan. Malah membuat Achila geli sendiri.

"Enggak!"

"Enggak salah iya kan?"

"Mas Tian kok ngeselin banget sih!"

"Kalau nggak ngeselin bukan Bastian dong,"

Percayalah melihat aksi kedua pemuda dan gadis itu, jika orang-orang melihat aksi mereka saat ini pasti akan mengira, jika mereka adalah pasangan suami istri.

Padahal kenyataan tidak, tapi kalau jadi suami istri beneran gapapa deh Bastiannya juga nggak nolak kok kalau nikah sama Achila.

"Mas Tian minggir ih! Aku udah telat ini," rengek Achila saat melihat jam sudah menunjukan pukul enam pas.

"Apa Achi kamu udah telat? Padahal kita belum nikah plus belum malam pertama. Kok udah jadi aja sih debay nya," jawab Bastian dengan ngawur.

PLAK!

"Siapa yang bilang aku hamil sih Mas!" greget Achila.

"Loh tadi kamu bilang telat gitu,"

"Bukan telat datang bulan Mas. Maksud aku itu kita aku hampir telat sekolah," jelas Achila.

Sedangkan Bastian mengganguk tanda paham.

"Kamu nggak usah sekolah aja! Kita praktek bikin debay aja gimana," goda Bastian lagi.

"MAS TIAN!"

"SARANGHEYO ACHILA,"

***