"Mayang, ngapain? Kok bengong-bengong begitu?" Tanya seseorang yang tiba-tiba sudah tepat berada 60 senti dari tempat ku termenung.
"Heumm, Maaf enso, lagi liatin rumah.." jawab ku seraya menghapus beberapa tetes air mata.
Lalu ia menghampiri aku, mendapati ku sedang meratapi kehidupan, dengan tangis dalam diam.
"Udah .. udah .. Jangan sedih lagi, sekolah yang bener, supaya jadi orang pintar dan sukses, senengin mama kamu.." Ucap saudara jauh ku, usia nya berkisar 55tahun, Setiap kata-kata yang keluar selalu membuat tenang pendengarnya.
"Iya, enso .." Aku masih berusaha menghapus air mata yang berjatuhan.
***
Setelah selesai meratapi kehidupan ini, aku pun bergegas ke pasar membantu enso belanja.
Ia mencatat semua kebutuhan, aku ke pasar dengan kertas catatatan dan uang di tangan.
Sedangkan mama, masih menemani enso mengobrol di depan tv, mama tidak di perbolehkan memegang kerjaan oleh sang empunya rumah.
Aku melangkah lebar, Melewati rumah ku yang tersita dengan rasa sedih.