Bruk!
Hening. Mereka semua terdiam sambil menatap Qia. Sehingga tawa keras seseorang didepan pintu menyadarkan mereka, termasuk gadis imut ini sendiri.
"Lo ngapain? Lah itu kenapa? Hahahaha!Ucapnya sambil tertawa keras.
Bahkan Diana yang biasanya kalem kini tidak bisa lagi menahan tawa kerasnya. Wajah serta tubuh sang anak yang sudah dipenuhi tepung terlihat sangat lucu dimata mereka.
Bahkan para asisten rumah tangga mati-matian menahan tawa tapi sialnya salah satu dari mereka keceplosan.
"Hpftt– hahaha." Tawa mbak Ina akhirnya pecah dan tentu wanita ini langsung sadar. "Maaf non." Lanjutnya meminta maaf.
"Huu ini gimana?! Kenapa jadi Qia yang kenaa!!" Gadis ini yang mengamuk lalu menghentak-hentakkan kakinya kesal, sehingga tepung tepung itu berjatuhan seperti hujan salju saja. Hal itu membuat tawa semua orang yang disini semakin keras.
"Hahaha astaga Qia. Aduh-aduh abang sakit perut ketawa mulu." Ucap Calvin yang masih tertawa melihat sang adik.