Mbak Yaya datang lantas menyodorkan pesanan yang sedari tadi dinanti-nantikan. "Ini pesanannya, Mas-mas. Selamat menikmati," ujar Mbak Yaya dengan suara lembutnya.
"Makasih, Mbak," sahut Alga dan teman-temannya bergantian.
"Mbak, jarinya kenapa, tuh?" tanya Bobi sukses membuat Mbak Yaya mengangkat tangannya dan menatap ruas-ruas jarinya.
"Kenapa, tho, Mas?" Mbak Yaya tampak kebingungan.
"Oalah, ya udah nanti setelah saya lulus, saya pasangin cincin," jawab Bobi sukses membuat heboh seisi kantin.
"Ebuset! Emang Mbak Yaya suka sama berondong kedondong kayak lo?" timpal Dimas.
"Dih, pede bener baki cimol!" tambah Arya. Bobi tertawa.
"Mas Bobi, nih, bisa aja," komentar Mbak Yaya seraya mengibaskan tangannya ke arah Bobi. Lantas ikut terkekeh geli.
"Maju terus, pantang mundur!" seru salah satu siswa dari sudut kantin.
"Damage-nya mantul, anjay!" komentar yang di sebelahnya.
"Hehehe."
"Mumpung Mbak Yaya belum ada yang punya, gas aja, Bro!" seru salah seorang lagi.