Haris memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Langkahnya terhenti saat melihat sosok Ibu nampak berdiri dengan derai air mata membasahi kedua pipinya. "Bu," panggilnya.
Kedua tangan Ibu merentang. Siap memeluk si sulung. Tapi Haris pun tahu, Ibu butuh dikuatkan. Bagaiman tidak? Ibu yang melahirkan para jagoannya dan lagi, mesti nyaris merasakan kehilangan -untuk kedua kalinya. Jujur saja, Ibu masih begitu trauma pada kehilangan setelah harus kehilangan Dino.
"Aku tau, Alga lelah sama sakitnya. Tapi apakah pantas kalau dia menyerah begitu saja, Bu?"
"Sudah, Le. Lebih baik kita berdoa." Dalam keadaan seperti ini pun, doa Ibu masih setabah itu. Dalam kelelahan yang nampak di rautnya, Ibu lantas tersenyum. Berusaha tegar meski sebenarnya sudah terkapar.
Di tempatnya Eiryl hanya terpatung. Jika memang dirinya yang membuat keadaan seperti ini. Sebaiknya ia tidak lagi menampakkan diri di hadapan Alga. Ah, mungkin ini cara semesta untuk menyudahi semuanya.