Blake mengatakannya dengan cukup jelas. Ia ingin Hazel. Menemani malamnya. Entah dengan tujuan apa, yang pasti Hazel tak ingin langsung mengatakan ya. Ia masih dalam mode berduka, karenanya andai ia ingin melakukan sesuatu dengan Blake, maka ia hanya akan kengecup bibir pria itu. Atau sekedar berpelukan saja dari malam hingga pagi menjelang.
Hazel merasakan pipinya merona. Perkataan Blake barusan memantik rasa penasaran akan bagaimana rasanya menghabiskan malam dengan pria itu. Atas dasar suka sama suka bukan paksaan seperti yang sebelumnya ia terima dari Blake.
Ia ingin tahu, bagaimana Blake akan memperlakukannya, bagaimana ia menyentuhnya, dan apa yang akan dilakukannya agar Hazel segera mendatangi pria itu dan melakukan segala hal yang mungkin seharusnya ia lakukan sejak lama. Sejak ia mulai berperang dalam batin, antara cinta juga benci.