Entah mengapa, mendengar jawaban Hazel bahwa dirinya tak akan pernah memaafkan Blake, rasanya justru lebih menentramkan. Ia mendengkus dalam tawa. Menertawai kepahitan hidupnya yang telah menghancurkan masa depan seorang gadis hanya karena nasibnya yang menyedihkan dan kegagalannya untuk maju setelah kehilangan Jenna.
Ia bodoh, memang, jika merasa Hazel akan semudah itu melepaskan beban di hatinya. Siapa yang akan bisa melupakan tindakan seseorang yang merampas sesuatu yang bukan haknya terlebih jika meninggalkannya dalam lara.
Bukankah Blake sudah berusaha untuk bertanggung jawab? Apakah semua itu masih kurang?
Nyatanya masih. Dan Hazel sudah mengatakan dengan jelas apa yang ingin ia sampaikan pada Blake. Ia tak akan memaafkan, karena itu memang hal sulit.