Blake masih tepekur sendiri, menatap Jenna yang masih terbaring. Entah benar-benar menatap lurus ke arah istrinya, atau hanya lurus saja, tetapi kosong. Ia bahkan sudah lupa bagaimana rasanya takut. Saking takutnya ia kehilangan Jenna selama ini.
Ia tak menyangka selama ini dirinya hanya digerogoti perasaan takut tak beralasan. Kali ini, ketika alasan kuat Jenna harus pergi, hatinya justru terasa kebas.
Bukan ia tak sedih jika nanti Jenna benar-benar pergi, melainkan hanya tak ingin membuat langkahnya makin berat. Bagaimana pun ia sangat berharap esok tak akan pernah terjadi. Tak akan pernah ada hari di mana ia harus melepaskan wanita yang paling ia cintai.
Andai melepas hanya untuk Ryan, seperti yang pernah ia lakukan, ia rela. Karena masih bisa melihat senyum Jenna, meski bukan lagi miliknya. Namun, kali ini adalah perpisahan yang tak akan pernah bertemu. Rindu yang tak akan pernah terobati.