"A-apa katamu?" Ryan berusaha memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Sekaligus meyakinkan diri sendiri bahwa ia siap mendengar apa yang akan dikatakan oleh Hellen.
Wanita itu, dengan nafas masih memburu—antara kemarahan yang tadi sempat hinggap di hatinya, juga karena perasaan tak tentu yang kini menggelayut—mengulangi apa yang baru saja ia sampaikan.
"Aku hamil, Ryan ... aku hamil." Ia tidak mampu lagi menguasai diri. Isaknya pecah seiring tubuh yang nyaris limbung.
Namun, dengan cepat Ryan menyangga tubuh itu, membawa ke dalam pelukannya.
"A-aku ... akan jadi seorang ayah?" gumamnya, menahan haru yang membuncah dalam dadanya. Hellen menyambut pertanyaan suaminya dengan anggukan disertai senyum terulas di wajahnya.
Air mata haru bahkan masih tersisa di sudut matanya, juga tawa yang sesekali lepas.
"Kapan kau mengetahuinya? Apakah bisa kita melakukan tes sekali lagi?" tanya Ryan, kembali berusaha meyakinkan bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.