Jenna dan Ryan masih duduk berdua di kafetaria, Jenna dengan salad ayam dan sayuran sementara Ryan hanya dengan secangkir kopi, seperti pada pertemuan pertama mereka. Membahas dan mengobrol tentang banyak hal. Tentu saja, kecuali tentang pernikahan mereka.
Mereka hanya ingin membangun pertemanan di mana di sana hanya ada mereka tanpa ada lainnya. Meski tanpa diucapkan, baik Jenna maupun Ryan tahu bagaimana mengimbangi topik pembicaraan satu sama lain.
"Bagaimana kondisimu saat ini? Apakah sudah merasa lebih baik dibanding sebelumnya?" tanya Ryan, kemudian menghirup kopi di tangannya.
Jenna hanya memandangi setiap tingkah dan polah pria di hadapannya. Sejak dulu—tak dapat ia ungkiri, apa pun yang dilakukan pria itu selalu tampak menarik di mata Jenna. Seolah ada daya magis tersendiri yang membuat pria berusia tiga puluhan–lebih itu selalu bisa tampak memesona.
Namun, dalam kondisi ini, Jenna tahu bagaimana cara menyamarkan rasa kagumnya terhadap pria itu.
