Ryan tepekur sendiri, menatap layar ponsel di mana nomor Jenna berderet di sana. Usahanya kali ini tak membawa hasil. Ia tak bisa membawa wanita itu kembali ke dalam pelukannya.
Tentu saja, panggilan yang ia lakukan berkali-kali hanya diabaikan. Dan ketika wanita itu menerima panggilannya, justru hanya ditanggapi dengan penolakan. Ia sudah tak tahu bagaimana cara mengembalikan wanita itu kembali dalam pelukannya.
Mustahil, jelas. Dan pikiran Ryan jelas bisa dikatakan sebuah imajinasi anak-anak, yang berharap Santa Klaus akan datang setiap malam natal hanya untuk memberi mereka hadiah. Padahal tokoh itu sebenarnya tak pernah ada di dunia nyata.
Bisa jadi, rasa cinta Jenna tak pernah ada untuknya. Mungkin hanya rasa yang hinggap sesaat, karena sebuah keadaan—di mana Jenna kala itu sakit dan hanya Ryan yang selalu ada untuknya. Atau sebenarnya kebetulan saja ada untuknya, karena pria itu memang sejak pertama bertemu dengannya di kampus, timbul rasa yang berbeda.