Wanita itu dengan pelan-pelan kembali membuka paganini miliknya yang sudah dipenuhi debu karena sudah tersimpan lama di dalam gudang. Perlahan dia kembali mengangkat biola yang sudah lama tidak disentuhnya itu, mungkin sejak tujuh tahun yang lalu sebelum dia benar-benar menyerah dan mulai vakum di dunia violinist.
Dia kemudian mulai berkonsentrasi, memfokuskan segalanya pada biola dalam genggamannya. Menjepit biola itu di pundak kirinya dan mulai memainkan nada yang indah yang sudah dia hafal di luar kepala. Aileen tersenyum saat alunan biola itu semakin terdengar indah, ia semakin semangat menggesek bowing ke atas senar biolanya. Tetapi senyumnya ternyata tidak bertahan lama. Aileen mengerutkan keningnya menahan kesakitan, bahkan keringat menetes dari dahinya ... seolah-olah memainkan biola itu sangat menyakitkan untuknya.