Setelah menyodorkan cup coklat tersebut dan diterima oleh Rachelia. Dengan yakin, Regan akhirnya buka suara, "Soal Valerie ... maaf. Kau tidak akan tahu. Aku tidak maksud menyembunyikannya. Kita bisa—"
"Aku tahu." Rachelia menyela dengan tenang, enggan menatap Regan selain minumannya sendiri. "Seorang pecundang memang akan melakukan itu. Tidak perlu kau teruskan."
"Rachel ...." Suara berat Regan kembali mengalun, merasa tersinggung dengan kalimat Rachelia yang sialnya memang benar.
Rachelia manatap Regan dengan tatapan sinis yang tak kunjung juga mengemudikan mobil untuk pergi dari tempat itu. "Apa yang kau tunggu?"
Regan berdeham sekilas, lalu kemudian kembali bersuara, "Jangan mengulangi tindakan gila seperti tadi."
Perkataan Regan kini berhasil merenggut tatapan wanita itu.
"Apa pedulimu? Kenapa kau tidak membiarkan aku mati saat aku benar-benar menginginkannya? Bagaimana bisa kau mencegahku, sementara kau sendiri sudah berkali-kali mencoba untuk melenyapkanku dan ...."