Tangan lelaki itu tidak meninggalkan tubuh Rachelia saat ia membawa dirinya dalam posisi duduk dan dengan hati-hati meletakkan kepala sang istri di salah satu pahanya. Rasa takut langsung menyerangnya saat melihat tubuh Rachelia yang sudah bersimbah darah dan begitu lemah.
"Hei ... k—kau akan baik-baik saja. Tenanglah. Aku di sini, Rachel!" Dengan terbata-bata Regan membisikkan kalimat tersebut seraya menutupi luka-luka itu dengan tangan besarnya yang bergetar hebat, mencoba menghalau darah yang terus bercucuran, tanpa memperdulikan cairan tersebut yang merebak di sebagian kemeja birunya.
Tak seorang pun yang mampu memaparkan seberapa besar ketegangan yang tengah menohok perasaan Regan saat ini. Demi Tuhan, Ia luar biasa panik dan khawatir. Terlebih lagi saat ia menyadari Rachelia yang tidak bernapas. Wanita itu sudah terkulai lemah dengan mata yang terpejam rapat.
"B—breathe!" gumam lelaki itu dengan nada yang parau. "Hei ... why don't you breathe?"
"Breathe!"