Sentakan nyeri yang kian terasa di kepalanya membuat Rachelia terbangun dari tidurnya. Tidak hanya itu, ia juga mendapatkan kejutan yang membuat jantungnya bergelinjang. Rasa kantuk yang melandanya kian menipis saat mendapati Regan yang berdiri menatap dirinya tanpa menunjukkan ekspresi apa-apa, sementara tangannya bergelut dengan selembar dasi yang menjadi pelengkap kemeja hitam kerjanya pagi ini.
Ia memilih beralih pandang tatkala tatapan Regan tak kunjung berakhir. Pria gila itu selalu berhasil membuatnya dilanda rasa gelisah karena sorot matanya yang bagaikan benda tajam yang mampu menusuknya kapan saja. Dengan perasaan getir, Rachelia bergerak pelan mengambil posisi duduk, dan saat itu juga ia menegang ketika ujung matanya menangkap pergerakan Regan. Jantungnya memukul keras dan ia was-was dengan apa pun yang akan pria itu lakukan padanya.