Chereads / Agnan / Chapter 4 - KELUARGAKU DAN KEKUATAN IBU

Chapter 4 - KELUARGAKU DAN KEKUATAN IBU

"Raja Richard, para penyihir sudah sampai di perbatasan. Prajurit kita semakin terdesak Raja," ujar sang Panglima.

Raja Richard melepaskan jubah kerajaannya lalu meminta pelayanan memakaikannya baju zirah. "Raja, tapi keadaan Anda," ujar Panglima yang langsung terhenti oleh tatapan tajam Raja Richard.

"Panglima, kerajaan dan rakyat Ku membutuhkan perlindungan dan pertolongan. Dan keadaan genting seperti ini Aku hanya diam di menara dan membiarkan semuanya hancur karena para penyihir jahat itu? Panglima, Ku tugaskan Kamu untuk menuju medan perang dengan membawa pasukan Witch Timur, pastikan semua rakyat sudah diungsikan di tempat persembunyian yang sudah kita buat," ujar Raja Richard yang memang sudah memprediksi akan terjadi peperangan ini jauh hari.

Witch adalah penyihir, namun sebutan untuk para penyihir yang berada di jalan kebaikan. Sedangkan penyihir adalah sebutan untuk para penyihir yang berada di jalan kejahatan. Mereka terbutakan oleh kekuatan mereka sendiri. Dan obsesi mereka untuk menguasai dunia dan memiliki segala kekuatan yanga ada.

Dan Kesatria adalah para manusia immortal yang tidak memiliki kekuatan seperti witch atau penyihir namun memiliki fisik yang kuat dan sangat tangkas. Bahkan mereka adalah pembuat taktik terbaik. Ada keistimewaan dari kesatria atau manusia immortal, yaitu mereka bisa memiliki kekuatan namun bukan sihir tetapi kekuatan yang bersumber dari hati dan kebaikan mereka.

Sebuah pengelihatan yang mampu melihat sihir bayangan dan menjadi wadah persembunyian para roh baik terdahulu.

Para penyihir jahat tidak hanya menyerang kerajaan ini saja. Karena obsesi mereka untuk menguasai dunia mereka semua membabi buta kerajaan segala kaum immortal termasuk vampir dan werewolf.

Dan kerajaan ini menjadi kerajaan kedua yang menjadi sasaran penyerangan para penyihir jahat itu. Raja Richard telah mempersiapkan segalanya ketika ia mendapatkan pengelihatan tentang peperangan ini. "Baik Raja, Saya akan menuju medan perang. Saya pamit Raja Richard," ujar sang Panglima dengan gagah berani dan penuh tanggung jawab.

"Doaku menyertaimu Panglima. Ingat sumpah kepada kerajaan ini dan ingat teruskan perjuangan ini hingga tuntas," kata Raja Richard.

"Baik Raja," ucap tegas Panglima.

Panglima akhirnya pergi dari hadapan Raja. Sedangkan Raja sudah akan bersiap menggunakan baju perangnya. Baju besi logam dengan tanda dan ukiran kerajaan yang sudah turun temurun diturunkan.

Raja Richard memegang dadanya yang terasa sakit dan nyeri, akibat peperangan sebelumnya dengan penyihir bernama Tania sang pemimpin peperangan ini. Duel itu memang ia menangkan namun mereka sama-sama terluka berat karena itu bukanlah pertarungan biasa.

"Kakanda, apa Kakanda yakin akan pergi?" tanya seorang perempuan dan perempuan itu adalah adik kandung dari Raja Richard.

Raja Richard yang sudah siap dengan baju perangnya meminta pelayan untuk meninggalkannya bersama sang adik berdua saja.

Raja Richard memegang helm zirah yang akan ia gunakan untuk melindungi kepalanya. Ia akan berjuang bersama para kesatria dan witch yang tersisa.

"Mira, adikku. Kamu tidak perlu khawatir akan diriku. Aku pasti mampu melewatinya. Sekarang lebih baik Kamu segera membuat sihir perlindungan diri untuk menghilangkan jejak mu dan bergabunglah dengan para rakyat di tempat persembunyian, bantu dan jaga mereka untukku Mira," ujar Raja Richard kepada Mira.

"Kakanda," ucap Mira yang tertahan oleh tangisannya. Raja Richard tersenyum ia tahu sang adik khawatir padanya tapi ini adalah tanggung jawabnya sebagai Raja.

"Aku ikut berperang, Aku akan memakai baju zirahku. Aku akan berkuda bersama Kaka," kata Mira yang sudah membulatkan tekad. Raja Richard menggelengkan kepalanya lalu ia memegang wajah sang adik.

"Aku ingin membantu, Aku juga pemimpin mereka. Aku juga ingin berjuang bersama Kakak, tidak ingin hanya diam saja," kata Mira.

Raja Richard tidak mungkin mengijinkan sang adik ikut berperang walau sang adik sangat ahli berpedang. Tidak boleh ada perempuan yang ikut berperang. Tidak boleh ada.

"Kamu ingin membantu? Jika begitu Aku membutuhkan satu pertolongan Mira. Dan ini sangat penting, bisakah Aku meminta bantuan?" ujar Raja Richard.

"Apapun Kakak, apapun," kata Mira.

"Bawa Kakak ipar Mu pergi dari sini Mira. Kakanda yakin jika dalam kandungnya adalah calon Raja kerajaan ini. Jaga mereka Mira dan Aku sudah mengamankan Shira ke tempat aman dimana ia bersama Ryn dan Ryan. Mereka pasti akan menjaga Shira dan mereka pasti sudah jauh dari kerajaan. Hanya Kakak Ipar mu dan calon keponakan mu yang pasti akan meninggalkan jejak ketika ia lahir," ujar Raja Richard.

Ia telah janji kepada kakek dan ayahnya dahulu jika ia akan melindungi selamanya keturunan walau kerajaan telah hancur. Dan para penyihir pasti akan menghabiskan semua keturunannya agar tidak ada lagi jiwa yang bisa membangkitkan kekuatan terbesar.

"Dunia manusia, bawalah mereka ke sana Mira. Berjanjilah pada Ku agar selalu melindungi mereka," kata Raja Richard dengan menaruh harapan besar kepada sang adik.

Mira menganggukkan kepalanya lalu memeluk sang Kakak. "Aku sayang Kaka," ujar Mira. "Selalu sayang pada Mira," ujar Raja Richard kepada sang adik.

Mira melepaskan pelukannya lalu ia menatap sang Kakak lama. Mira setelah itu pergi dari hadapan sang Kakak, ia akan menjalankan tugasnya dari sang Raja. Dengan berat hati ia melangkah menjauh dari sang Kakak.

.....

"Pangeran, Pangeran Agnan," suara di tengah kegelapan yang terus memanggil nama Agnan. "Aku Riyan, pengawal saudari Anda, Putri Shira. Pangeran percayalah, ini nyata dan itu adalah kejadian terakhir dari Bibi Anda, Putri Mira."

"Pangeran Agnan, Aku Riyan, pengawal saudari Anda, Putri Shira."

"Aku Riyan, pengawal saudari Anda, Putri Shira. Pangeran percayalah, ini nyata dan itu adalah kejadian terakhir dari Bibi Anda, Putri Mira."

"Agnan anakku. Pangeran kecilku. Maaf, Aku harus menjauhkan Mu dan saudari Mu. Maafkan Aku kita tidak bisa lebih lama dari ini. Kamu harus ketempat yang aman, Ibunda janji akan berjumpa dengan Mu walau hanya jiwa Ku."

Bayangan wanita cantik dengan mahkota menghiasi kepalanya. Cantik dan sangat bersinar. Kata-katanya sangat menenangkan, ia merasa dekat dengan wanita itu, merasa tarikan yang membuat jiwanya sangat teduh.

"Aku Riyan, pengawal saudari Anda, Putri Shira. Pangeran percayalah, ini nyata dan itu adalah kejadian terakhir dari Bibi Anda, Putri Mira."

"BERHENTI!"

Agnan bangun dari mimpi yang begitu terasa nyata namun sangat aneh. Tanpa sadar ternyata Agnan menagis dalam mimpinya. Wajah Pria yang begitu berwibawa dan wanita yang sangat cantik rupawan.

Suara-suara yang seakan pernah ia dengar. Suara-suara yang seakan mereka pernah berbicara dengan lama oleh Agnan. Agnan merasakan perasaan bahagia dan sedih bersamaan. Ini perasaan asing, ia merasakan arti kata pulang.

Agnan menangis, si Putih terbangun karena suara tangisan Agnan lalu mendekati Agnan dan mengeluarkan suaranya seakan mengatakan tidak apa-apa kepada Agnan.

"Apakah itu nyata Putih?" tanya Agnan kepada kucing itu.