Tiga hari kemudian.
Di penghujung malam, aku berjalan di tengah hutan seraya merapatkan kembali jaket yang aku kenakan. Kini yang bisa aku dengar hanya suara langkah kakiku yang bersahutan dengan heningnya malam, juga bunyi gemeresik yang timbul akibat gesekan sepatuku dengan daun-daun kering yang sudah jatuh ke tanah. Sering kali ada embusan angin malam yang berbisik terlalu kuat di daun telingaku hanya untuk sekadar mampir. Namun, aku mengabaikan semua hal yang terdengar, iris mataku justru fokus mengedar, tetap waswas untuk apa pun yang akan aku temukan.