"Kal, lo ingat nggak sih waktu pertama kali lo minta gue untuk berdamai sama keadaan?"
Haikal tersenyum kecil kala isi kepalanya berhasil menemukan potongan kenangan dari pertanyaan Ditya tersebut, tidak sulit mencarinya karena ingatan itu menjadi salah satu kenangan yang tidak bisa dengan mudah Haikal lupakan. Bagaimana tidak, di hari itu dia mendapatkan satu bogeman di pipi dari Ditya yang jujur saja rasanya sangat sakit sekali.
Laki-laki itu tidak main-main ketika melayangkan tinju kepadanya dan dari tinjunya itu juga Haikal menyadari bahwa Ditya benar-benar marah kepadanya. Tapi memang harusnya seperti itu sih, siapa juga yang tidak marah jika orangtuanya dijeleki-jeleki oleh sahabat sendiri?
"Ingat dong, yang waktu itu lo ninju gue kuat banget itu, 'kan?"
Ditya berdecak kesal. "Kenapa malah bagian itu yang lo inget sih?"
"Soalnya sakitnya masih kerasa sampai sekarang."