Seminggu kemudian, aku bersiap pulang untuk ke pesantren. Tampak Shofia melihat tajam di ujung sana. Begitu pula dengan Syifa. Ya Allah, aku tak bermaksud melukai keduanya. Aku pun tak pernah mengerti rencanamu.
Setelah beberapa jam perjalanan, kami mendengar adzan dzuhur. Kami pun berhenti di Masjid terdekat dan melaksanakan shalat. Paras cantik itu lewat begitu saja. Sangat anggun dan sholeha. Wajahnya teduh dan lembut. Siapa gadis itu? Astaghfirullah, apa yang aku pikirkan? Aku pun menyelesaikan wudhuku.
Setelah selesai shalat, aku melihatnya sedang merapikan mukenanya. Masya Allah, sungguh teduh aku melihatnya Ya Allah. Andai saja calon istriku seperti itu, mungkin hamba akan sangat bersyukur. Bidadari yang berparas cantik dan menawan.
Aku pun menuju mobil, namun tiba-tiba suatu benda terjatuh di bawahku. Aku pun mengambilnya. "Maaf, ini punya saya." Aku memandangi kosong sejenak. "Astaghfirullah, maaf sudah lancang."
"Tidak apa-apa, saya permisi."