Mas Siroj tampak santai menanggapi hal ini. Ia pun menghampiriku dan berkata, "kamu segera tidur nanti telat bangun sahurnya."
"Iya mas."
"Sampai kapan kamu manggil mas terus? Anak kita sudah 3 sayang."
"Sudah kebiasaan mas."
"Coba panggil Abi gitu."
"Kayak aneh."
"Lah, aku kan Abi dari anak-anak kita."
"Ayo umi, panggil Abi."
"Ndak ah," ucapku lalu menutup wajahku dengan selimut namun tetap saja kelakuan jahil mas Siroj menemani malam ini.
Sepertiga malam menyapa, aku pun terbangun dan kulihat mas Siroj masih tertidur. "Mas, bangun sahur tuh."
"Hoam, iya sayang bentar."
"Aku pun mandi dan melihat isi dapur apa yang bisa kumasak. Allah, aku lupa belanja dan hanya ada telor dan terong. Ya sudah berarti menu hari ini adalah sambal terong dan telor. Aku pun mulai memasak.
Dari jauh, "Hoam! Umi."
"Loh, Mahira. Udah sembuh nak?" Ia pun mendekat.
"Mahira pengen puasa umi."
"Kan Mahira baru sembuh?"
"Ndak apa-apa, Mahira pengen puasa. Mahira sudah baligh."