***
Malam semakin dingin, namun kulihat semua sedang bersukacita dalam pesantren karena Zulaikha akan menikah. Aku memandang wajah polos Omar yang tertidur lelap. Entahlah, aku masih belum percaya dengan semua ini.
Mengenang dulu apa yang terjadi padaku dan perkataan dokter yang tak menjadi nyata. Memang ya, takdir hanya Allah yang mengetahui. Walaupun dokter ahli dalam ilmu kesehatan namun jika Allah sudah berkehendak apapun dapat terjadi.
Kini lengkaplah sudah kehidupanku memiliki suami yang sangat menyayangiku dan seorang putra yang sholeh. Aku yakin, Abah disana bahagia melihat kami semua bahagia.
Tiba-tiba mas Siroj menyentuh pundakku. "Mikir apa sayang?"
"Terimakasih ya mas, sudah memberikan kebahagiaan untukku."