POV Mas Siroj
Bagai hanyut dalam gelapnya malam. Aku hanya dapat menanti dan terus menanti, sampai waktu itu tiba. Waktu dimana aku dan keluarga kecilku saling berkumpul satu sama lain.
Sudah seminggu, istriku tak sadarkan juga. Apa yang harus kulakukan? Anakku pun semakin besar. Astaghfirullah cobaan begitu berat kurasakan. Bagaimana aku bisa melewati semua ini? Bagaimana aku bisa mengasuh anak tanpa istri?
"Siroj, lebih baik kita pulang nak, nanti anakmu bisa di asuh umi dan orang-orang pesantren." Ucap umi Ning Kayla. "Biarkan Kayla istirahat,kita doakan sama-sama nak."
Umi benar, tapi aku belum memberikan nama untuk anak ini? "Untuk nama, kita musyawarahkan dengan semua nak." Aku pun setuju dengan usul umi. Ku melangkah menuju ke ruangan istriku. "Sayang, kita pulang dulu ya? Cepat sembuh, kami semua menyayangimu," lirihku ditelinga ya dan aku mengecup keningnya.
