***
Mas Siroj sangat dewasa sekali. Ia mampu membalasnya dan aku pun demikian, namun ia memilih untuk melupakan kesalahan orang lain atas istrinya sendiri. Aku pun mengerti mas Siroj cemburu namun ia bisa mengendalikan itu semua.
Terimakasih ya Allah telah memberikan suami seperti ini. "Kamu lupakan dendam kamu ya sayang?" tuturnya. "Mas dari mana bisa tahu soal ular itu?"
"Mas Syarif yang bilang ke mas."
"Oh gitu."
"Gimana masih mual-mual sayang?" ucapnya memegang bahuku. "Alhamdulillah, tadi jarang mas." Ia pun menyuruhku untuk beristirahat kembali. Menyelimutimu dan duduk di sampingku.
"Mas Siroj." Manjaku padanya seraya memegang tangannya. "Ada apa sayang?" ucapnya mendekatkan wajahnya ke sampingku. "Mas disini saja." Ia hanya tersenyum lalu menungguiku. "Aku bahagia sayang, kamu bisa hamil. Dari awal aku yakin kamu pasti bisa hamil." terang mas Siroj.
Aku pun meminta ijin pada mas Siroj, apakah aku boleh mengajar? Ia masih tak membolehkannya. "Kalau aku menulis boleh?"
