Tiba-tiba mas Siroj menghampiri kami. "Umi Asiyah nanti tidur di kamar tamu sama Abah Aziz." tuturnya. Ia pun mengajakku untuk ke ndalem. Jam menunjukkan pukul 10 malam. Masya Allah aku sendiri tak sadar hari sudah mulai larut malam.
"Tidur yuk, besok kita ke makam leluhur berdoa minta restu pada beliau," tuturnya. "Mas ada nasab dari mana saja?" ucapku. Karena sepertinya nasab mas Siroj adalah salah satu orang yang mulia. "Besok kamu akan tau sayang."
Ia pun menarik tanganku menuju kamar yang sudah berhias bunga mawar yang harumnya semerbak. Kulihat ia membuka kitabnya seraya terduduk di ranjang. Rajin sekali dia, saat seperti ini masih saja pegang kitab.
Aku pun menghampirinya dan melihat kitab apa yang ia baca. Ah, aku tak paham itu kitab apa. "Kitab apa itu mas? Boleh aku tau."
"Tentu saja boleh sayang, sebagai seorang istri Gus, kamu harus paham referensi kitab yang akan di ajarkan kepada para santri.