"Bagaimana dengan segelas kopi dingin di Caffe Deudeuh kesukaanmu Dek? Mas tetap meminum Kopi dingin itu meskipun sebenarnya Mas mendamba sebuah kehangatan, tapi karena kamu menyukainya Mas rela. ba'da dzuhur Mas tunggu ya, Ada sesuatu yang ingin Mas bicarakan."
Begitu pesan singkat itu meluncur pada retinanya ketika jemari lentik Pihu berhasil membukanya, hatinya seketika bergemuruh hebat. Wajah cantiknya sudah sembab sedari tadi karena menangis hebat meski ia harus sekuat tenaga menahan isakannya agar mampu ia redam.
Ia melempar tatapan tak berdaya pada Aisyah yang masih menatapnya sendu, kedua matanya menyiratkan hal yang begitu sulit di artikan. Namun Aisyah faham betul apa yang ingin Pihu sampaikan, ia hanya mengelus pelan kedua bahunya yang masih sedikit bergetar kemudian menganggukan kepalanya tenang seraya tersenyum berharap itu akan sedikit menenangkan hati sahabatnya itu.