Adam tengah duduk dengan gelisah pada bawah pohon beringin yang tumbuh rindang di pelataran asrama putra, semenjak satu jam lalu Adam terus saja termenung memikirkan segala ucapan yang Gus Rafly ucapkan padanya pagi tadi.
Seakan mendapat tamparan keras yang menghantam tepat di wajahnya, Adam kini termenung tiada henti. Memikirkan segala sesuatu yang ternyata adalah memang benar sebuah kesalahan. Bagiamana dirinya pergi mengikuti saran sang Ibunda yang merasa tak tega melihat Adam menderita sehingga mengizinkan Adam untuk pergi sejauh mungkin dan tak merasakan sesak lagi kala melihat Raihan dan Pihu.