Kedua tanganku seketika kembali menutupi bagian tubuhku yang paling sensitif di area pangkal pahaku, --Si Joni, yang merasa paling beruntung malam tadi itu, masih saja tegak berdiri dengan kencang. Tegang menanti pergerakan selanjutnya.
Untuk sesaat kami terdiam dalam hening, hanya deru napas yang mulai terdengar memburu. Menahan gejolak hasrat dalam diri.
Kami manusia dewasa normal. Berdua didalam kamar penginapan tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh, saling berhadapan menyelusuri setiap lekuk indah tubuhnya, adalah kegiatan yang sangat menegangkan.
"Siapa yang bisa menahan diri?" Otakku mulai mencari pembenaran.
Malam tadi, rasanya sangat mudah bagi kami untuk melakukannya sampai berkali-kali. Tetapi pagi ini, entah mengapa terasa sulit sekali untuk memulainya. Ah, sial.