Dipondok lembah Tukad melangit, diwaktu yang hampir bersamaan. Aku kembali berusaha untuk mencari cara membebaskanku dari sekapan ini. Ruangan gudang ini begitu rapat, membuatku sesak. Aku harus keluar dari sini, demi anakku, demi suamiku yang mencemaskanku diluar sana.
"Tookk! Tookk! Tookk!"
"Bukaaa!!!! Tolong bukaaa pintuuunyaaa!"
"Tookk! Tookk! Tookk!"
"Heyyy ada orang diluar sana?? Bukaaa!!!! Tolong bukaaa pintuuunyaaa!"
Berulang kali aku mengetuk pintu dari dalam sembari berteriak kencang.
"Berisik!" Samar terdengar suara pria diluar ruangan.
"Buka!!! Tolong bukaaa!" Kembali aku berteriak dengan lebih kencang.
"Ceklek!"
Bunyi pintu terbuka, nampak seorang lelaki bertubuh tegap didepan pintu.
"Berisik!" Serunya.
"Aku mau ke toilet! Izinkan aku ke toilet!" Ucapku sembari memeluk perut, bergerak kearahnya mencoba keluar dari ruangan gudang ini, memberanikan diri mendorong pria yang menghalangi jalan keluar itu.
"Heyy! Tunggu!" Teriak pria itu mencegahku.