Langkahku semakin lemas, mengiringi segala fikiran dikepalaku yang melelahkan.
Tiba di ruang dokter kandungan itu, badanku seolah tidak lagi bertulang, ingin hati menjerit sekencang-kencangnya, menolak garis takdir yang sudah Tuhan berikan untukku ini. Tapi apa daya, kekuatanku hampir tidak ada, aku hanya bisa pasrah menerima titipan yang tidak aku inginkan ini.
"Pak Arga, silahkan masuk." Kata dokter kandungan itu menyapa Arga, ternyata dengan kekuasaan dan besarnya pengaruh arga di kota ini, membuat Arga banyak dikenal oleh hampir semua kalangan.
"Terima kasih bu, tolong istri saya ini diperiksa ya bu." Ucap Arga dengan percaya dirinya menyebutku sebagai istrinya.
Aku membelalakan mata ke arahnya, "sejak kapan aku menjadi istrinya!" Protesku dalam hati.
"Silahkan bu berbaring dulu disini ya." Kata doter itu memintaku untuk berbaring ditempat pembaringan yang sudah disiapkan di samping meja kerjanya.