Akupun terjaga, kembali mendapati perihnya luka seorang diri, entah kemana setan berwajah dingin itu, aku tidak perduli, aku hanya ingin segera pulang dan membersihkan diri yang sudah sangat teramat kotor ini. Sungguh aku merasa sangat hina. Kembali rasa perih itu menyayat hati, mengingat apa yang sudah terjadi.
Airmata masih belum surut, wajah nampak pucat pasi tanpa ada sedikitpun gairah yang biasanya selalu terpancar.
Perlahan aku memaksa tubuhku untuk segera membersihkan badan sebisanya, lalu mengemas barang-barangku bersiap untuk berangkat pergi meninggalkan kamar terkutuk ini.
"Aaaarrghh!!! Kenapa aku harus mengalani hal buruk seperti ini?"
Lagi-lagi air mata jatuh membasahi pipi, aku merasa seperti seorang penjaja cinta yang sudah selesai melayani nafsu bejad seorang tamu laknat. Jiwaku menjerit, beragam macam cacian dalam hati mengutuk takdir yang sudah digariskan untukku.