Chereads / Tiga Cinta Sama Sisi / Chapter 13 - Bab 13 - Bella Cahaya Hati

Chapter 13 - Bab 13 - Bella Cahaya Hati

Waktu terus berputar.

Hari, minggu dan berbulan-bulan berlalu. Tidak terasa sudah hampir satu tahun Beni telah meninggalkan kota kecil itu.

Sedari dulu hingga sekarang, Beni tidak pernah mengganti nomor selulernya. Setiap saat selalu manaruh harap, jika nanti Chacha tiba-tiba menghubunginya.

Walaupun pada kenyataanya, hal itu adalah harapan kosong yang sia-sia, karena semenjak dia meninggalkan rumah ibunya Chacha tempo hari saat ia diusir waktu itu, Chacha tidak pernah sekalipun menghubunginya.

Sementara semua akun media sosialnya sudah lama di non aktifkan secara permanen semenjak kepulangannya ke Bandung. Jadi Beni sama sekali tidak mengetahui bagaimana kabar Chacha ataupun teman-teman lainnya disana.

Sekarang Beni telah bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang Advertising, memperkuat divisi Desain Grafis dan Multimedia.

Walaupun Beni hanya mempunyai izajah SMA, tetapi karena skill dan pengalamannya di bidang Fotografi, serta kemahirannya dalam proses editing foto dan video, berhasil meyakinkan Founder dan Owner perusahaan itu, Beni akhirnya dengan mudah masuk dan menjadi bagian perusahaannya itu.

Semua itu rasanya tidak akan pernah terjadi jika tidak ada bantuan dari relasi serta teman-teman sekolahnya dulu yang bersedia membantunya mengenalkan dan meyakinkan Pimpinan Cabang Perusahaan tempat nya Bekerja sekarang, hingga sampai ke level teratas di perusahaan itu.

Bantuan itu Beni dapatkan waktu teman-teman dekatnya semasa SMA mampir ke rumah, saat mereka mengetahui bahwa Beni sudah kembali lagi ke Bandung.

Dan kesempatan itu Beni gunakan untuk meminta tolong kepada teman-temannya agar bersedia membantunya mencari info tentang pekerjaan yang sesuai sama skill, pengalaman, minat dan bakatnya.

________________________________

"Triing Toong!"

Siang itu di jam istirahat, suara notifikasi Whatsapp dari ponsel Beni tiba-tiba berbunyi, memecahkan lamunannya.

"Ben, nanti malam bisa ikut? Gua maen di F*meStati*n, kalo lu lagi selow, bantuin band gw shoot video nya donk, bisa yaa?".

Pesan singkat Whatsapp dari Rumsky seakan memberi angin segar buat Beni, kebetulan dia butuh hangout demi melepaskan kepenatan setelah deadline kerjaan kemarin.

"Siap bray, nanti malam gua kesana. Ketemu disana yaaa!"

Beni membalas pesan singkat Whatsapp itu dengan memakai bahasa "gua-lu", mengikuti pergaulan anak-anak band di Bandung, kadang memakai bahasa sunda kasar juga, seperti "aing-sia" tergantung dengan siapa ia berbicara.

Beni dengan cepat menyanggupi permintaan Rumsky, membantu bandnya merekam dokumentasi video beserta editingnya.

Di jaman sekarang, segala sesuatunya sudah serba online dan membutuhkan konten berupa foto dan video. Termasuk untuk anak-anak Band, foto dan video sudah menjadi satu kebutuhan wajib.

Selain untuk konten di media sosial ataupun website, dokumentasi tersebut itu akan dijadikan sebagai bahan portfolio untuk penawaran kerjasama sebagai pengisi acara di event-event selanjutnya. Jadi, foto, video serta Audionya haruslah sempurna.

Malamnya Beni sudah bersiap menuju F*meStati0n. Rambut Beni sekarang sudah agak panjang, ia ikat keatas, sisa helai rambutnya yang lain dibiarkan tergerai begitu saja, gaya-gaya reagge gak jelas gitulah, hanya saja rambutnya tidak gimbal.

Perjalanan dari rumah Beni ke F*meStation hanya memakan waktu sekitar 15 menitan, jalananpun lancar tanpa ada kemacetan yang berarti. Setelah sampai, Beni segera masuk mencari Rumsky yang katanya sudah stay di lokasi dari tadi.

"Sorry bray agak telat, belum mulai kan?"

Beni menghampiri Rumsky yang sedang prepare setting guitar dan Fx stompboxnya itu lantas melemparkan senyum kearah Beni.

"Hai bray, gpp selow belum mulai kok, kalo mau minum, lu ambil sendiri yaa tuh di meja ada beer dingin, Eh iya guys! kenalin nih temen gua, Beni, dia yang sekarang mau ngeshoot video kita main"

Rumsky mengenalkan Beni ke teman-teman Bandnya itu, lalu Bejo mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan mereka sebelum mengambil segelas beer di meja depan.

__________________________

Band Rumsky membawakan 15 lagu british dengan sangat apik. Beberapa audiens nampak maju kedepan panggung kecil itu sembari menyodorkan potongan kertas kecil yang berisi beberapa request lagu.

Setelah Sesi pertama selesai, Beni merasa ingin buang air kecil. Beni pamit ke anak-anak band yang sedang beristirahat sambil minum beer dingin yang disuguhkan managemen cafe sebagai jatah konsumsi untuk Band yang tampil.

Di lorong menuju toilet, Beni melihat seorang cewek sedang bertengkar hebat dengan seorang cowok. Nampaknya cowok itu adalah pacarnya si cewek yang ngotot tidak ingin diputuskan hubungannya.

"Pokoknya lu gak bisa ninggalin gua!"

Teriak si cowok, seraya mengguncangkan bahu si cewek itu.

"lu gak bisa mutusin gua gitu aja!"

Kali ini telunjuk cowok itu mengarah ke hidung cewek itu. Merasa terintimidasi, cewek itu melawan sambil menepiskan tangan cowok itu.

"Najis! Enak aja lu ya! lu udah ketauan bangke! udah berapa kali lu bercinta ama si Lastri hah?!"

Cewek itu balas berteriak tidak kalah kencang, lalu tanpa terduga cowok itu memukul muka cewek itu sampai terjungkal ke belakang dan hampir jatuh ke lantai. Beni yang tidak sengaja melihat kejadian itu segera meraih tubuh cewek itu sebelum benar-benar terjerembab menyentuh lantai.

"Pokoknya lu harus tetap jadi milik gua! buat gua, si Lastri Itu cuma buat senang-senang! gak lebih!" Teriak Cowok brengsek itu memaki-maki cewek yang tubuhnya sudah berada dalam lindungan tangan Beni.

"Cowok brengsek itu Mabok atau emang sama sekali gak punya hati bilang seperti itu ke ceweknya? dasar anak sialan!" Beni mengutuk keras cowok itu dalam hatinya. Sembari membantu cewek itu berdiri, Beni menghadang cowok itu.

"Pengecut! beraninya lu mukul cewek hah! Dasar goblok!" Umpat Beni.

Beni merasa darahnya mendidih. Selama hidupnya belum pernah dia berani berbuat kasar apalagi memukul cewek.

"Siapa lu njing!? Jangan ikut campur urusan gua! Cewek itu cewek gua! Dia gak bisa mutusin gua begitu aja!" Cowok itu berteriak kasar, badannya nampak sempoyongan, aroma alkohol tercium menyengat dari hembusan nafasnya.

Cewek itu nampak marah mendengar cowoknya berkata kasar seperti itu.

"Bangsat! Semenjak lu ketangkep basah tidur ama si Lastri, temen gua yang sama brengseknya itu, lu udah bukan siapa-siapa gua! Ngerti lu!?" Ucap Cewek itu, memaki kasar cowok brengsek itu.

"Fvck You! untung gua gak pernah kasih lu kesempatan buat berbuat lebih ama gua! Dasar Pejahat Kelamin! Ajig! Cuih!!" Seolah belum puas, cewek itu kembali berteriak histeris kearah cowok itu sembari membuang ludah kedepan cowok itu.

Tiba-tiba.

"Plaaaakk!"

Cowok itu menampar cewek itu untuk kedua kalinya. Kali ini lebih keras, membuat cewek itu memekik kesakitan. Jika badannya tidak ditahan Beni, mungkin cewek itu sudah tersungkur mencium lantai.

Kali ini, Beni tidak dapat menahan diri untuk tidak ikut campur urusan mereka. Ia tidak terima melihat perlakuan kasar seperti itu. Walaupun dia tidak kenal sama cewek itu, Tapi hati kecilnya mendorong untuk membelanya.

Ditangkapnya tangan cowok tersebut lalu di tarik ke depan, lalu secepat kilat kepalan tangan Beni melaju menghantam muka cowok brengsek itu.

"Jeduuggghhh!"

"Deziiigggg!"

Lalu satu pukulan lagi mendarat dengan keras di dada cowok itu. Membuat cowok tersebut mental ke belakang dan tersungkur.

Beni menunggu sesaat hingga cowok itu nampak tidak bangun lagi, lalu Beni meraih tangan cewek itu dengan lembut.

"Ayo, sebaiknya kita pergi dari sini. lu gak apa-apa?"

Beni memperhatikan muka cewek itu, memastikan seberapa parah memar atau luka di wajahnya akibat perlakuan kasar cowok itu.

"gua baik-baik aja, terima kasih ya sudah membantu gua" Ucap cewek itu, tangan nya mengusap pipinya yang nampak sedikit agak memar memerah pelan sembari meringis.

"Pasti sakit, tapi hatinya pasti lebih sakit lagi." Batin Beni berguman sendiri.

Beni memegang tangan cewek itu dan membawanya ke luar ruangan cafe tersebut. Tanpa pamit kepada Rumsky dan teman-temannya, Beni langsung menuju ke Parkiran, dimana sepeda motornya ia simpan.

"Nanti sajalah gw hubungi Rumsky, dia pasti mengerti. Lagian data video sesi pertama sudah aman, tinggal proses editing." Beni berkata dalam hati.

"Lu bawa kendaraan?"

Tanya Beni ke cewek itu.

"Nggak, tadi bareng sama temen, kirain gak akan ketemu sama cowok brengsek itu!" Ucapnya, nampak kemarahannya masih melekat di raut wajahnya yang mengeras.

"Oh, yasudah gua antar lu pulang ya, tunggu disini sebentar, gua ambil sepeda motor dulu." Ucap Beni, lalu setengah berlari menuju ke tempat dimana sepeda motornya di parkirkan.

Di perjalanan mereka berbincang, ternyata dia temennya Rumsky juga, memang lingkaran anak-anak band seperti itu, sesama pemain Band, mereka saling mengenal. Dan jika ada band temannya yang main, anak-anak band yang lainnya pada datang ikut nonton, sekedar memberi dukungan, sekalian hangout nongkrong-nongkrong menjalin silaturahmi. Dan Rumsky pun jika Band cewek itu main, Rumsky suka datang ke acaranya.

Dia namanya BELLA, mengenalkan nama panjangannya Bella Cahaya Hati, vocalist Band cewe beraliran Grunge. Paling suka bawain lagu-lagunya The Hole yang Vocalist nya adalah Istri mendiang Kurt Cobain Vocalist Nirvana. Dia Pendatang di Bandung ini, Kuliah di Unikom, tapi lebih fokus main band.

Setelah sampai di kostan nya Bella, Beni segera pamit pulang. Sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya Beni tidak habis fikir ada cowok sepengecut itu mukulin ceweknya.

"Ah, semoga Bella baik-baik saja."

Doa Beni dalam hati.