Chereads / Hoshi no Tama / Chapter 8 - Benih Persaingan

Chapter 8 - Benih Persaingan

Brugh!!

Sakurako mengaduh pelan, merasakan wajahnya tertubruk dada bidang seseorang. Ia mendongak melihat orang yang baru ia tabrak.

Sakurako mendapati pemuda jangkung bermata keemasan yang menatapnya dingin, membuat nyalinya semakin ciut. Sakurako membungkuk.

"Maaf, aku tidak sengaja."

Tanpa membalas kata, pemuda itu berlalu begitu saja. Meninggalkan Sakurako yang menganga.

Sakurako menyadari sesuatu, rupanya pemuda itu memakai seragam yang sama seperti Takumi

Ah, Takumi! Sakurako menepuk jidat. Lekas mencari keberadaan pemuda pemilik surai sewarna dengan dirinya.

Namun, terlambat. Sakurako telah kehilangan jejak Takumi. Sakurako mendesah, tak tahu arah. Tanpa berpikir panjang, ia mengikuti pemuda yang ia tabrak tadi.

"Berhenti mengikutiku!"

Tiba-tiba pemuda itu berbalik, melempar tatapan menyelidik yang membuat Sakurako bergidik.

"Aku cuma ingin bertemu Takumi," ungkap Sakurako mencicit.

"Takumi ... Akazawa?" ucap pemuda berambut pirang cerah itu.

"Kau mengenalnya?" seketika mata Sakurako berbinar terang.

Tanpa memberi respon, pemuda itu kembali melanjutkan langkah. Sakurako yang geram segera menyusul, menyamai langkah dengan sedikit berlari.

Sakurako mulai menghujani pemuda berambut pirang cerah itu dengan berbagai pertanyaan.

"Hey! Kau belum menjawab pertanyaanku. Apa kau kenal Takumi Akazawa? Kau benar mengenalnya, 'kan? Takumi Akazawa itu lho?

Dia temanmu, bukan? Kulihat seragam kalian sama? Apa kau juga——"

Sakurako bungkam, napasnya tertahan. Tanpa diduga pemuda itu merendahkan tubuh hingga wajah mereka saling berhadapan dengan jarak yang membahayakan.

"Ck, berisik!"

"Salah sendiri tidak menjawab pertanyaanku," dengus Sakurako sedikit ketus.

Pemuda itu mengernyit, menelisik Sakurako cukup lama. "Apa hubunganmu dengan Akazawa?"

"Jawab dulu pertanyaanku!" cecar Sakurako.

"Aku tidak mengenalnya," ketus pemuda bermata keemasan tadi.

"Kau bohong!"

"Aku tidak peduli," ujarnya acuh tak acuh. "Lalu kau sendiri siapa?"

"Aku adalah——"

"Rako-chan, sedang apa kau di sini?" Terdengar suara dari arah belakang.

Ketika Sakurako menoleh ke sumber suara, ternyata itu adalah Takumi, remaja yang dia ikuti sejak dari rumah tadi.

Senyum Sakurako langsung mengembang ketika tahu bahwa dia sudah menemukan Takumi. Dia mengira akan tersesat di tempat yang asing baginya ini.

"Rako-chab, sedang apa kau disini, heh?" Takumi menghampiri Sakurako yang entah bagaimana bisa berada di sana. Dilihatnya Sakurako tengah berbincang dengan salah satu teman kelasnya.

"Aku kehilangan jejakmu, kau terlalu cepat berjalan, Takumi-kun," dengus Sakurako.

Takumi melotot, sepertinya perintahnya tadi sama sekali tak diindahkan oleh Sakurako.

"Sejak kapan kau mengganti status dari orang hilang jadi penguntit, eum?"

Pandangan Takumi beralih ke pemuda bertubuh jangkung di sebelah Sakurako.

"Lalu, kau? Kenapa sok kenal dengan perempuan gila ini, heh?"

"Aah, tidak. Kami tidak saling mengenal. Oi, siapa namamu tadi?" tanya Sakurako sembari mengulurkan tangannya.

Pemuda berambut pirang tadi terdiam sejenak. Ia mencoba membaca situasi. Sudut kanan bibirnya terangkat kala ia menyadari sesuatu.

Oh, jadi begitu? batinnya.

"Namaku Itsuki Minami."

Itsuki meraih uluran tangan Sakurako.

"Ah, Minami-san, salam kenal!" Tersenyum sumringah Sakurako di hadapan pemuda yang begitu dingin tadi. Entah mengapa kini berubah menjadi begitu ramah.

"Cih!" Takumi berdecih kala melihat interaksi kedua orang itu. Ia benar-benar kesal karena Sakurako yang sok tebar pesona pada orang asing.

Takumi melangkah, menjauhi kedua insan yang tengah asik berbincang tanpa menyadari kepergiannya.

"Panggil saja aku Itsuki, Rako-chan! Rasanya jika kau memanggil margaku, terdengar begitu formal."

Itsuki berucap. Entah memang benar adanya atau hanya akal-akalan Itsuki semata agar dipanggil nama kecilnya?

"Ah baiklah. Kalau Itsuki-kun bagaimana?" tanya Sakurako, sedikit ragu.

"Terdengar jauh lebih baik," jawab Itsuki singkat, disertai senyuman yang jarang Itsuki tampilkan di depan orang banyak.

"Baiklah." Sakurako menoleh sekeliling. "Heh?!"

"Ada apa?" Itsuki tentu saja kaget dengan seruan Sakurako.

"Aku baru sadar, Takumi meninggalkanku? Lagi? Uggh, menyebalkan!" Sakurako menghentakkan kakinya ke aspal.

Raut muka Sakurako berubah sedih bercampur kesal.

"Tak apa, kita bisa menyusulnya," ucap Itsuki mengulurkan tangan kanan yang sebelumnya ia masukkan saku celana.

"Ayo!" ajak Itsuki.

Sakurako tercenung. Butuh waktu sekian detik untuk Sakurako menyadari maksud uluran tangan Itsuki. Sakurako memandang Itsuki penuh selidik. Ternyata pemuda di depannya itu tak sedingin yang ia kira tadi.

"Kau tahu? Tanganku ini mahal loh," ucap Itsuki hendak menarik kembali uluran tangannya.

"Baiklah!" Sakurako menggandeng tangan Itsuki. Ah, tidak buruk juga. Untuk ukuran pemuda sedingin Itsuki, tangannya begitu terasa hangat. Sakurako merasa nyaman.

Baru beberapa meter mereka melangkah, tapi tiba-tiba rintik hujan turun. Semakin lama semakin deras. Itsuki menarik lengan Sakurako untuk mencari tempat berteduh.

Jarak sekolah dari tempat mereka berbijak, masih agak jauh. Itsuki mengajak Sakurako untuk berteduh di halte bus.

"Hufft, kenapa tiba-tiba bisa hujan saat matahari masih bersinar begini?" gumam Itsuki.

"Ah iya, aku ingat," Sakurako menjentikkan jarinya dan berucap, "biasanya dalam situasi seperti ini, ada yang mengadakan pernikahan di tempatku dulu."

"Heh? Pernikahan? Saat hujan begini? Memang tak menyewa pawang hujan?" ucap Itsuki yang entah sejak kapan menjadi bawel seperti Takumi.

Sakurako terdiam. Ia sama sekali tak mengerti apa yang diucapkan barusan.

"Aku ... aku tidak ingat lagi," keluhnya.

Itsuki melihat Sakurako yang mengusap-usap lengannya, mencoba menghangatkan diri. Membuka jaket merah yang ia kenakan, lantas memakaikannya pada Sakurako.

"Pakailah!"

Sakurako mengeratkan jaket sembari menatap Itsuki yang menghindari tatapannya. Sakurako tersenyum aneh.

"Hoho sepertinya kesan awalku terhadapmu tadi salah."

"Heh? Memang apa yang kau pikirkan tentangku tadi, heh?" tanya Itsuki, penasaran.

"Rahasia," jawab Sakurako disertai cekikikan aneh seperti biasanya.

To be continued ....