"TIDAK!" potong Danendra , merespon kalimat Asha .Hayana yang masih di gendongannya langsung menangis kencang karena terkejut dengan ucapan Danendra yang keras dan tegas.
"Mommy." Tangisan kencang Hayana mengalihkan perhatian Asha . Suara jeritan Hayana begitu nyaring dan memekakan telinga membuat Danendra tidak kalah panik.
"Mau Mommy," pekiknya menyodorkan kedua tangannya ke arah Asha . Sontak membuat Asha berlari mendekat. Baru saja Asha meraih tangan kecil Hayana dan bermaksud mengambil alih dan menenangkan tangis Hayana , tetapi niat baiknya dipatahkan Danendra .
"Jangan! Nanti capek.Sepagi sudah jalan-jalan keliling komplek.," tolak Danendra ,tidak mahu Hayana merasa takut padanya.Danendra mau tetap menggendong putrinya.Hayana senjatanya Danendra.
"Ya, tetapi Nana sedang membutuhkan
pelukanku, Mas," ucap Asha kesal, mengusap punggung Hayana , berusaha menenangkan gadis kecil itu.
"Ya, Mommy di sini," ucap Asha , mengusap airmata Hayana , sembari mengelus rambut berantakan putri kecilnya.
"Mau Mommy! Mau Mommy!" teriak Hayana sembari terisak. Tangisnya tidak mau berhenti sampai Asha mau mengendongnya.
"Sudah, Mas. Biarkan aku menggendong Nana,"pinta Asha, setelah tidak tega melihat tangis Hayana tidak kunjung berhenti.
"Tidak, tadi saja hampir terjatuh," omel Danendra .
"Mas tidak dengar jeritan Nana . Kasihan, Mas,"debat Asha , berusaha mengambil alih dan memohon agar Danendra mengizinkannya.
Ibu Rani tersenyum. Perdebatan anak dan
menantunya itu sebenarnya bisa mempererat hubungan keduanya. Secara tidak langsung Hayana adalah salah satu penyelamat rumah tangga Danendra dan Asha.Tanpa kehadiran Hayana , bisa dipastikan kekerasan hati Asha akan sulit untuk dipatahkan Danendra . Ibu Rani mengenal jelas putrinya. Dulu saja, Asha
sudah pernah menggugat cerai Danendra . Kalau bukan karena Hayana bisa dipastikan hubungan keduanya selesai.
"Mas," pinta Asha sedikit keras. Dengan wajah cemberutnya memaksa mengambil alih Hayana dengan paksa.
"Lepaskan, Mas! Kasihan Nana !" omel Asha ,seketika membuat Danendra mengalah. Wajah penuh amarah Asha , membuatnya menciut.Tangisan Nana mereda setelah berada di gendongan mommynya.
"Sudah jangan menangis lagi. Daddymu itu memang mengerikan," bisik Asha mengecup kedua pipi Hayana yang basah.
"As , aku tidak seperti itu," ucap Danendra , membela diri.
"Bu, aku ke kamar," pamit Asha tidak menggubris ucapan Danendra . Masih menggendong Hayana , Asha menapaki anak tangga perlahan. Pemandangan itu terpaksa membuat Danendra mengekor di belakang. Ada beribu khawatir saat ini.
"As , jalannya pelan-pelan," protes Danendra , was-was. Setiap langkah kaki Danendra , membuat jantungnya berdebar. Khawatir istrinya terpeleset ke bawah seperti di sinetron-sinetron yang sering di tonton asisten rumah tangganya di rumah.Barusan tadi Asha nyaris terjengkal karena Hayana dalam gendongan Asha.
"Jangan berisik, Mas. Kenapa selalu
mengikutiku!" omel Asha.
"Kita belum selesai bicara, As. Jadi aku pikir kita harus menyelesaikannya. Meluruskan apa yang salah dari hubungan kita," sahut Danendra .
"Tidak ada yang perlu diluruskan, Mas. Sebaiknya pulang ke Jakarta. Makin Mas muncul di depan wajahku, aku makin kesal," ucap Asha ,melangkah masuk ke dalam kamar dan meletakan Hayana duduk di atas tempat tidur.
"Nana mandi, ya," ucap Asha , melepaskan pakaian tidur putrinya.Danendra yang berdiri tidak jauh dari istri dan putrinya terus saja mengoceh dan membuntuti, bahkan sampai ke kamar mandi.
"As , maafkan aku. Jangan marah lagi," bujuk Danendra , bersandar di pintu kamar mandi.Tersenyum haru menatap kedua orang yang disayanginya.
"Tidak. Pergi sana. Jangan mengganggu," usir Asha .
"As, apa suamimu tidak sekalian dimandikan?"canda Danendra , berharap bisa melunakan hati Asha .Bukannya mendapat respon yang baik, sebaliknya Danendra mendapat tatapan tajam yang mematikan.
"Mas, kalau bisa jangan muncul terus-terusan di depanku. Makin melihatmu, aku makin kesal," gerutu Asha .
Danendra terdiam beberapa saat, tetapi Danendra tetap berdiri di pintu. Menatap Asha yang sedang menemani Hayana bermain air di dalam bathtub.Asha baru saja memandikan putri kecilnya,tetapi Hayana belum mau selesai, masih betah bermain air di sana.
"As, maafkan aku. Aku tahu, aku salah. Mengenai Danisha ... aku sebenarnya tidak mau menyembunyikannya darimu. Aku juga mau jujur, tetapi aku khawatir. Setiap membahas Danisha , kamu akan tertekan. Makanya.."jelas Danendra.
"Tapi tidak seperti itu juga, Mas!" potong Asha .Nada suaranya mulai meninggi. Mulai kesal setiap membahas masalah Danisha.
"Pernah tidak aku menolak setiap Mas mau membantu Mbak Danisha . Tidak, kan? Aku tidak pernah mempermasalahkan. Tetapi aku tidak suka cara Mas. Diam-diam melakukannya di belakangku. Aku seperti tidak dianggap!" ucap Asha penuh amarah.
"As, aku mohon. Jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan baik-baik, tetapi jangan pergi seperti ini," ucap Danendra , berjalan mendekat.
"Jika Mas masih ingin kembali ke Mbak Danisha.Dipersilakan!Dia cintamu Mas!Aku merelakanmu,Aku mengundur diri ,Mas."jelas Asha sembari kedua tangannya mengangkat ke atas sepertinya menyerah.
Keduanya sudah berdiri di depan bathtub, menemani Hayana yang sedang bermain air.
"As, aku minta maaf. Aku harus bagaimana? Aku harus berbuat apa, baru kamu bisa memaafkanku." Danendra memohon. Tangannya sudah meraih tangan istrinya, berusaha menggenggam.
"Lepas, Mas. Bisa tidak jangan menggangguku di sini," pinta Asha .
"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu. Sebelum kamu mau memaafkanku," ucap Danendra . Kali ini Danendra makin berani, malah memeluk erat istrinya.
"Mas!"
"Tidak, maafkan aku dulu,kita renjatan senjata lagi,kita berdamai,Sayang" pinta Danendra , memohon. Wajahnya tampak memelas, berharap maaf dari sang istri.
"MAS!" teriak Asha penuh amarah. Sontak
membuat Hayana yang sedang berendam di dalam bathtub menangis kencang kembali.
"Huaaa!" jerit Hayana , menangis kencang.Kedua orang dewasa yang sedang berdebat dipinggir bathtub dengan drama saling dorong-mendorong itu seketika panik dan saling melepas. Asha baru akan mengendong putrinya yang masih basah tetapi, Danendra segera menahannya.
"Sudah, aku saja" cegah Danendra ,coba melembutkan hati Asha.
"Jangan terlalu mendekat. Lantainya licin, As .Nanti kamu terpeleset," ucap Danendra lagi, menunjuk ke arah lantai yang basah. Bergegas meraih tubuh Hayana yang basah dan mengendongnya, Danendra menenangkan putrinya supaya berhenti menangis.
"Nana kaget, ya. Suara Mommy mengerikan, ya,"ucap Danendra , berusaha menenangkan putrinya,membiarkan Hayana menelungkup di dadanya,Asha segera meraih handuk yang tergantung di dinding, mengeringkan tubuh putrinya yang membasahi pakaian Danendra .
"Sudah aku saja," pinta Asha .
"Tidak, Nana masih kaget. Aku saja gendong Nana," potong Danendra , membawa keluar Hayana yang mulai menghentikan tangisnya dan menurunkan Hayana ke atas ranjang.
Asha sedang membantu Hayana mengenakan pakaian saat Danendra kembali menggodanya.
"Nana,Mommy kalau lagi marah menakutkan, ya," ucap Danendra ,mulai mengusili Asha kembali.
"Tatut, Daddy," celoteh Hayana , bergelayut manja di pundak Danendra . Bahkan gadis kecil itu belum berpakaian.
"Nana , ayo sama Mommy. Cepat pakai bajunya,nanti masuk angin," rayu Asha .
"Mau Daddy. Mommy suka malah-malah."
Asha masih berusaha membujuk, tetapi putrinya masih bergelayut manja di pundak Danendra . Sampai akhirnya Asha menyerah.
"Mas, tolong pakaikan. Aku harus ke bawah menyiapkan sarapan Nana ," ucap Asha meletakan kaos Hello Kitty kesukaan Hayana di atas ranjang, bergegas meninggalkan ayah dan anak yang sedang mesra-mesranya. Tidak mau lepas sama sekali.
"Nana , nanti kalau Mommy marah-marah lagi,Nana harus menjerit kencang seperti tadi, ya,"ucap Danendra , berusaha merasuki pikiran putrinya.Lelaki itu baru saja menguncir asal-asalan rambut putrinya.
" Yes, Daddy," sahut Hayana , mengangguk. Rambutnya yang dikuncir asal dan berantakan oleh tangan kekar Danendra semakin berantakan dan tidak beraturan.
"Nanti malam, mau tidur sama Daddy, kan?" tanya Danendra lagi. Danendra sedang meracuni otak polos putrinya.
"Mau ... mau." Kali ini Hayana meloncat kegirangan di atas ranjang.
"Nanti Nana tidur di sini," ucap Danendra , menunjuk ke sisi kiri ranjang.
"Mommy bobok di tengah. Nah, Daddy di sebelah Mommy. Jadi, Nana bisa pelukan sama Mommy terus Daddy juga bisa peluk Mommy," ucap Danendra . Tangannya -nepuk ranjang, menunjuk tempat tidur yang akan mereka tempati.