Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 71 - Chapter 71:Menegaskan

Chapter 71 - Chapter 71:Menegaskan

Danendra itu sudah melangkah menjauh dari pasangan yang pernah menjadi mertuanya tetapi Danendra berbalik lagi.

"Aku menerima Adeline hanya karena istriku yang bersedia menolongnya, tetapi kalau kehadirannya menjadi duri di dalam rumah tanggaku .dengan terpaksa aku akan mengembalikannya pada kalian," ucapnya lagi.

Bergegas pergi menemui Asha yang ditinggalkannya di mobil bersama sopir.

"Daddy, aku mau ikut Daddy," pekik Adeline , tiba-tiba keluar dari dalam kamar perawatan Danisha .

Berlari mengejar Danendra dan merengkuh lengan lelaki yang sudah dianggapnya ayah meskipun berulang kali sudah dijelaskan Danisha .Adeline menutup mata, Adeline hanya ingin memiliki ayah seperti teman-temannya yang lain.

"Jangan menyusahkan Tante Asha lagi." Danendra mengingatkan. Di awal, Danendra sempat meminta Adeline memanggil Asha dengan sebutan Mommy.Namun, melihat penolakan dari Adeline di pertemuan pertama,Danendra tidak pernah memaksa lagi.Adeline sudah mulai bisa berpendapat, dan gadis itu juga mulai kritis dengan berbagai hal yang tidak disukainya.

"Daddy tidak mau sampai terjadi sesuatu pada Tante Asha," lanjut Danendra lagi.

Dengan menggandeng tangan Adeline ,Danendra terpaksa membawa pulang gadis itu. Danendra tidak mau berdebat lagi dengan Asha . Selagi itu bisa dipenuhinya, apapun Danendra lakukan untuk istrinya.Asha sedang memejamkan mata, sesekali

memijat keningnya.

Suara pintu mobil terbuka, memaksanya membuka mata. Tampak Danendra berdiri di sisinya danAdeline yang masuk dari pintu Sisi lain. Gadis itu menerobos masuk dan duduk di sebelah Asha .

"As , aku harus ke kantor sebentar. Mau ikut?"tawar Danendra .

"Terserah Mas saja, tetapi Adeline harus ke sekolah dulu."Jawab Asha.

Danendra mengalihkan pandangannya pada Adeline ,gadis itu sedang bersandar manja di lengan Asha.

"Line , kamu diantar sopir ke sekolah, ya? Tante ikut Daddy ke kantor sebentar," pinta Danendra , memohon.

Berharap pengertian dari gadis yang masih saja bergelayut manja di lengan Asha .Dengan wajah cemberutnya Adeline mengangguk. Meski ada keberatan, tetapi Adeline tidak bisa menolak. Tadi, Adeline sempat menguping dari balik kamar, ancaman Danendra pada Opa dan omanya membuat Adeline bepikir ulang untuk membuat masalah. Kalau tidak, Adeline bisa dikirim pulang. Adeline masih ingin merasakan kasih sayang Danendra .

"Pak, tolong antarkan Adeline ke sekolah. Asha akan ikut bersamaku," perintah Danendra , menepuk pipi Adeline memberinya semangat.Beralih ke Asha yang masih terlihat lemas.Kata -kata Adeline barusan tadi benar-benar membuatnya melemas seluruh tubuh.

"As ,mau digendong?" tanya Danendra , sudah mengambil posisi membungkuk. Bersiap menyelipkan kedua tangannya di belakang tubuh istrinya.

"Tidak mau ... aku jalan sendiri saja, Mas." Asha menolak malu-malu, setelah melihat Pak Radin dan Adeline ikut menyaksikan.

"Tidak masalah," goda Danendra , tetapi lelaki itu mengalah. Menuntun Asha berjalan menuju mobilnya, sesekali tersenyum melihat Asha yang lebih manis dari biasanya.

Sebelum ini, Asha selalu ketus bahkan menolaknya.Terkadang juga mengabaikannya, tidak mengurusinya seperti dulu. Asha harus menyiapkan segala sesuatunya sendiri sekarang. Keduanya sudah duduk manis di dalam mobil sport hitam Danendra , kendaraan yang selalu menjadi andalan Danendra untuk mengantarnya ke kantor.

"Masih lemas?" tanya Danendra , sembari memasang seatbelt untuk istrinya.

Asha hanya menggeleng. Matanya beradu pandang dengan mata biru suaminya. Asha bisa melihat jelas garis rahang yang terlihat seksi, menggoda untuk disentuh.

Pagi ini suaminya terlihat sempurna dengan setelan hitam andalannya. Ada rasa takut seketika menyergap dirinya. Seandainya Danendra meninggalkannya dan kembali pada Danisha seperti yang diinginkan Adeline . Bagaimana nasibnya? Apalagi Asha merasa Danendra masih menyimpan cinta yang besar untuk mantan istrinya.

"Mas ...." Asha membuka seatbelt yang baru saja terpasang,Asha mendekat ke arah suaminya yang memegang kemudi dengan kedua tangan.

"Jangan meninggalkanku," bisiknya hampir mau menangis. Teringat kembali permintaan Adeline ,ketakutan itu muncul tanpa diharapkannya.

"Hei, kenapa menangis? Aku tidak segila itu meninggalkanmu," sahut Danendra , tersenyum.

"Sudah, duduk yang manis di tempatmu. Semua akan baik-baik saja. Tidak perlu memikirkan semua hal. Cukup pikirkan mengurusi suami dan putrimu,Hayana.Aku tidak mau terjadi sesuatu pada kalian," ucap Danendra ,berusaha menenangkan.

Sebuah ciuman dihadiahkan di kening Asha , beserta kecupan ringan di bibir mungil merona istrinya. Akhir-akhir ini mereka tidak memiliki waktu berdua dan bertukar cerita.

Mood Asha berubah-ubah, itu membuatnya susah untuk mendekat. Ada kalanya istrinya manis tetapi beberapa detik kemudian kesal tanpa kejelasan.

"As , aku mohon jangan melibatkan diri terlalu jauh dengan keluarga Danisha . Aku khawatir,"ucap Danendra .

"Begitu Pak Radin menghubungiku, memberitahu kalau kamu bersama

Adeline sedang di rumah sakit, aku takut sekali. Kamu tidak mengenal mereka. Walau aku akui sebenarnya mereka orang baik, tetapi hati bisa berubah, tidak ada yang tahu."jelas Danendra.

"Mas, kenapa aku merasa Adeline itu aneh?"tanya Asha.

"Aku mau cintamu, Mas," bisik Asha , pelan.

"Begitu pentingkah sebuah kata itu di dalam hidupmu? Sampai kamu menutup mata untuk semua yang kulakukan untukmu selama ini. Kamu tahu, ke mana pun kamu pergi, aku selalu melindungimu. Di mana pun itu. Bahkan aku meninggalkan pekerjaanku untukmu," jelas Danendra .

"Kalau sebuah kata lebih penting dari apa yang kulakukan untukmu selama ini, tidak masalah untukku. Aku bisa mengucapkan kata cinta puluhan kali, ratusan kali, atau ribuan kali supaya kamu puas mendengarnya."Asha terdiam. Baru kali ini Danendra berbicara begitu panjang.

"Kesalahanku adalah mengabaikanmu selama tiga tahun pernikahan kita. Aku membohongimu masalah Isyana , aku mengkhianatimu dengan mempermainkan perasaan Isyana . Aku minta maaf untuk itu."ucap Danendra lagi.

Lama Danendra terdiam, mengeratkan pegangannya di setir mobil.

"As , kalau kamu bertanya apa aku mencintai Danisha dulu, aku akan menjawab ya."jelas Danendra.

"Apa yang tersisa sekarang? Tidak ada. cintaku tidak cukup kuat untuk mempertahankan rumah tangga kami. Dan aku belajar banyak." Danendra menjelaskan kedalam .

Setetes air mata jatuh tiba-tiba. Entah terluka karena Cinta yang diucapkan Danendra untuk Danisha meskipun sudah bertahun-tahun berlalu. Atau menangis karena dimarahi Danendra saat ini.

"Aku mohon berikan kepercayaan padaku saat ini. Aku berjanji suatu saat aku pasti mengucapkan kata cinta itu benar-benar dari hatiku, bukan hanya sekedar ucapan yang ingin mendengarnya."kata Danendra

"Di pernikahan kita, aku memulainya dari komitmen dan tanggung jawab. Dan aku juga berharap ada cinta pada akhirnya, tetapi aku pernah terluka. Untuk membuka diri lagi membutuhkan waktu. Apalagi di tengah masa lalu yang menghantam hidupku kembali. Aku benar-benar harus berjuang untuk itu," jelas Danendra .