Asha mengekor masuk ke dalam bersama Adeline .Terlihat di luar kamar perawatan, kedua orang tua Danisha sedang duduk dengan wajah lesu dan kurang tidur.
"Oma, Opa." Gadis kecil itu menyapa kakek neneknya yang terkejut dengan kedatangan mereka. Asha yang berjalan di belakang Adeline ,tersenyum.
"Pak, Bu."Asha ikut menyapa pada sepasang suami istri yang usianya di atas setengah abad. Yang lelaki,Pak Lyman terlihat heran, mengerutkan dahi. Ekspresi berbeda tunjukan Ibu Lyman ,berusaha memamerkan senyuman ramah di wajah sembab dan kurang tidurnya.
"Ini istrinya Danendra , Pak." Ibu Lyman menjelaskan,sembari memeluk cucunya,Adeline .
Pak Lyman mengamati dengan seksama.
Sedikit terkejut di pertemuan kedua mereka.Tidak menyangka wanita yang membawa air untuknya di ruang kerja di kediaman Danendra adalah istri mantan menantunya.Saat itu Pak Lyman hanya melihat sekilas wajah Asha ,Pak Lyman beranggapan wanita itu asisten rumahtanga Danendra .
Selama ini Pak Lyman sudah mengetahui pernikahan kedua Danendra , tetapi tidak menyangka sosok istri Danendra yang jauh lebih muda dari bayangannya.
"Oma, Adeline mau menjenguk Mommy di dalam.Boleh?" tanya gadis itu setelah melepas pelukannya.
"Tentu." Ibu Lyman mengandeng masuk cucunya supaya bisa bertemu langsung dengan mommynya.Ibu Lyman berharap kedatangan Adeline bisa membuat Danisha jauh lebih bersemangat untuk
melawan penyakitnya.
Asha sendiri, menjatuhkan tubuhnya di bangku stainless steel yang tadinya diduduki Ibu Lyman . Memilih menunggu di luar, Asha menemani Pak Lyman.
"Maaf ... em ."Asha membuka bicara.
Pak Lyman menatap ke arah Asha.
"Asha... panggil Asha saja," sahut Asha yang mengerti kebingungan lelaki tua yang diperkirakan usianya sekitar 60an.
"Maaf, Nak Asha . Membuatmu terlibat dalam masalah keluarga kami," ucapnya pelan, terkandung penyesalan.
"Tidak apa-apa, Pak."jawab Asha.
Lelaki itu kembali memandang Asha . Entah apa yang ada di pikirannya, sampai tiba-tiba Pak Lyman membuka suara.
"Maaf,sudah lama menikah dengan Danendra ?"tanya Pak Lyman .
"Tiga tahun, Pak." Jawab Asha,Pak Lyman terkejut. Danendra sudah membuka hatinya kembali.
Berbeda dengan Danisha , masih berkutat dengan masa lalunya. Perceraiannya dengan Danendra membuat Danisha berubah.
"Kami kehilangan jejaknya sejak perceraian dan baru bertemu kembali beberapa bulan belakangan. Itu pun tanpa sengaja," ucap Pak Lyman.
"Ya, Mas Danendra tinggal di Surabaya."jelas Asha.
Pak Lyman menghela napas. Melihat betapa besar cinta Danendra pada putrinya dulu, besar harapannya keduanya kembali bersama. Apalagi Pak Lyman melihat sendiri, Danisha yang terpuruk dan sadar akan perasaannya pasca perceraian.
Mulai menata hidupnya, kembali ke jalan yang benar.Bahkan Danisha memilih tidak menikah lagi.Sejauh ini, Pak Lyman masih bingung dengan sikap Danisha yang selalu membenci saat bertemu Danendra .
Namun, apa yang ditangkapnya, Danisha
menyembunyikan perasaan cintanya pada Danendra di balik kebencian itu. Entahlah, yang sebenarnya hanya Danisha yang paling tahu isi hatinya sendiri.
"Silakan kalau mau masuk ke dalam. Danisha sudah melewati masa kritisnya. Sempat drop kemarin," cerita Pak Lyman dengan tatapan menerawang.
"Tidak, Pak. Saya menunggu di sini saja," sahut Asha . Asha sendiri bingung, bagaimana harus bersikap di dalam posisinya saat ini. Bertemu dengan keluarga dari mantan istri suaminya. Tidak lama, Adeline keluar dengan menggandeng tangan Omanya.
"Mommy Asha , ikut denganku ke dalam," pinta Adeline . meraih tangan Asha dengan manja.
Mendengar panggilan Adeline pada Asha , membuat sepasang suami istri itu terkejut, termasuk Asha yang mematung di tempatnya duduk.Asha bingung dengan sikap gadis ini. Biasanya Adeline akan memanggilnya Tante, tetapi kenapa di depan kakek neneknya, Adeline memanggilnya seperti itu.
Ada rasa tidak enak, mendengar Adeline memanggilnya seperti itu. Asha khawatir, kedua orang tua itu menganggapnya akan mengambil alih Adeline dari mereka, dari mama kandunganya. Berusaha bersikap setenang mungkin,Asha mengikuti ajakan Adeline untuk masuk menemui mommynya. Gerak langkah diiringi tatapan ketidak sukaan dari Ibu Lyman .
Sebagai perempuan, perasaannya lebih sensitif dibanding suaminya.
"Pak, tampangnya saja lugu dan baik-baik.Aslinya menghanyutkan. Beraninya dia meminta Adeline kita memanggilnya Mommy," celetuk Ibu Lyman masih saja memandang sinis. Asha sempat mendengar celetuk Ibu Lyman padanya.
Di dalam ruang perawatan yang disekat dengan gorden, tampak Danisha bergabung dengan pasien lain. Kondisinya sudah membaik. Masih tinggal menunggu kepastian dari pihak keluarga saja kapan bisa melakukan operasi. Tadinya sudah direncanakan operasi secepatnya, tetapi dana yang tadinya sudah disiapkan, dikembalikan Danisha kepada Danendra .Sehingga semuanya tertunda.
Saat Asha masuk, terlihat Danisha sedang tertidur.Adeline dengan wajah sembabnya menarik kursi dan duduk di samping mommynya. Kembali menangis sembari mengengam tangan Danisha yang melemas di atas brankar.
"Tante, tidak bisakah meminjamkan Daddy untukku dan Mommy," ucap Adeline tiba-tiba, di tengah isak tangisnya.
"Kami lebih membutuhkan Daddy sekarang," lanjutnya lagi.
Asha terperanjat. Tidak menyangka sedikit pun akan mendengar permohonan seperti ini dari seorang anak kecil. Pandangannya beralih menatap wajah Danisha yang pucat dan kurus.Jauh dari tampilan di saat pertemuan mereka dikantor Danendra .
Wanita itu sangat cantik, membuatnya iri dan cemburu. Namun, kecantikan itu seperti tidak bersisa. Danisha pucat, kurus dengan tulang pipi menonjol. Semburat iba dan kasihan menyusup di dalam hatinya. Perasaan iba itu semakin menjadi saat mendengar isak tangis Adeline yang begitu memilukan.
Kepalanya tiba-tiba pusing,dunia berputar ,kakinya terasa lemah.Buru-buru mencari pegangan untuk menjaga keseimbangan supaya tidak ambruk Dan terjatuh.Pertanyaan Adeline barusan tadi begitu membuat seluruh tubuhnya tidak terkendali.Pertanyaan yang paling tidak harap dipohon darinya menerawangnya. Danendra suaminya .
Tiba-tiba, dari arah luar kamar Asha mendengar suara berisik. Teriakan kasar dan kemarahan dari suara yang terdengar familiar.
"Mas !"ucap Asha.Berusaha menguatkan diri, Asha berjalan tertatih untuk memastikan asal keributan. Berharap itu bukan suaminya yang menyusul. Pasti Danendra akan memarahinya, kalau sampai tahu Asha menemani Adeline ke rumah sakit.
Deg
Sosok yang dikhawatirkannya benar-benar nyata. Danendra dengan setelan kerja, berdiri kaku dihadapannya. Tatapan yang penuh amarah.
"Mas," sapa Asha pelan. Ketakutan lebih mendominasi di dalamnya.
"Apa-apaan kamu,As!" omel Danendra di kalimat pertamanya.
"Maafkan aku, Mas," bisik Asha , merasa bersalah sudah pergi ke rumah sakit, menemui Danisha tanpa mengantongi izin dari suaminya.
"Kita pulang sekarang. Jangan ikut campur lagi.Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya
sendiri."Danendra berkata, meraih tangan Asha dan mengajak istrinya pulang.
Bapak dan Ibu Danisha hanya mematung di tempat, tidak mau terlibat lebih jauh pertengkaran rumah tangga mantan menantunya.
"Adeline masih di dalam, Mas," bisik Asha .
"Aku akan mengurusnya nanti. Kamu menunggu di mobil saja," ucap Danendra sedikit lebih lembut dari sebelumnya.
Setelah memastikan Asha sudah kembali ke mobil ditemani Pak Radin , sopir mereka. Danendra kembali menemui mantan ayah dan ibu mertuanya.
"Apa yang Danisha butuhkan? Aku akan
memenuhi semua permintaannya, tetapi jangan mengganggu rumah tanggaku," ucap Danendra dengan suara keras.
"Uang? Mau seberapa? Katakan saja!" lanjut Danendra .Pak Lyman yang terlanjur kesal dengan ketidak sopanan Danisha , langsung bersuara.
"Danisha masih mencintaimu. Kalau mau membantu, kembalilah pada Danisha dan Adeline .Mereka membutuhkanmu!" Pak Lyman berkata dengan tidak tahu malunya.
"Hahaha." Tawa Danendra yang tiba-tiba, mengejutkan pasangan suami istri di depannya.
"Aku bukan anak tujuh belas tahun lagi, Pa. Begitu cinta, ayo menikah. Umurku 36 sudah hampir empat puluh tahun. Berumah tangga bukan lagi karena cinta semata," jelas Danendra dengan tegas.
"Cinta bukan prioritasku lagi. Aku hanya ingin membahagiakan keluargaku ... anak dan istriku,"lanjut Danendra , menatap tajam pada mantan ayah mertuanya. Lelaki itu sudah melangkah menjauh dari pasangan yang pernah menjadi mertuanya tetapi Danendra berbalik lagi.Kenapa?Apa selanjutnya?