BAB 219
Setelah puas main air, mereka berakhir di salah satu tempat makan yang ada di pinggir pantai. Menikmati ikan bakar yang ditemani lalapan dan es kelapa muda utuh untuk setiap orang.
"Delapan dari sepuluh." Aruni yang paling dulu mencicipi makanannya mulai memberikan rating. Tanpa menunggu balasan dari teman-temannya yang lain, Aruni langsung meneruskan makannya seolah sudah seminggu belum ketemu nasi.
"Delapan setengah deh kalau gue, soalnya ini jauh dari standar masakannya Dea." Perkataan Caca membuat seisi meja lesehan itu mengangkat alis, mempertanyakan maksud dari perkataan gadis itu. "Fyi, Dea kalau masak rasanya nggak jauh beda sama ngunyah arang digaremin seember."
Sontak, mereka tertawa. Dea juga cuma haha-hehe doang, nggak berusaha menyangkal fakta bahwa dia tidak pandai memasak.
"Tabok aja sih kalau gue bilang, Kak De," Bianca yang tengah mencuci tangannya di baskom berisi air itu mulai mengompori. Sayang, Dea hanya tercengir sambil berkata,