Inginnya Bianca sih menghina Alfa yang pagi-pagi sudah rebahan di atas meja, macam mayat yang nunggu disalati. Padahal ini hari Senin, sudah begitu bentar lagi lonceng bunyi dan mereka harus buru-buru upacara. Tapi sayangnya kondisi Bianca nggak jauh beda dari Alfa.
"Morning," Alfa menyapa begitu Bianca duduk di kursi yang mejanya dia jadikan sebagai tempat baringan.
"Morning."
Bianca menghela napas panjang sebelum merebahkan punggungnya di sandaran kursi, melirik kaki Alfa yang pakai celana olahraga lapis rok abu-abu. Di bawah tubuh gadis itu bukan cuma ada dua meja, tapi tiga; punya Bianca, Alfa, dan punyanya Fariel yang duduk di seberang bangku Alfa—soalnya di sana cuma sisa kursi tempat tas Fariel diletakkan.
Bianca mendengkus. "Kenapa lo?"
"Asam lambung gue naik semalem. Sakit banget asli. Terus," Alfa menoleh ke Bianca dengan cengiran tipis di wajah pucatnya. "gue muntahin mama."
Bianca ketawa. "Terus?"
