Chereads / Dewa Pencuri / Chapter 22 - 22. Kenangan Yang Ingin Dilupakan

Chapter 22 - 22. Kenangan Yang Ingin Dilupakan

TAHUN 817, BULAN KE SEMBILAN

KOTA YAOPIN

(Dalam kehidupan sekarang Yuan Chen sesudah mengalami kematian)

"Aaggggghhh.... "

Yuan Chen terbangun dari tidurnya. Tubuhnya langsung bangkit hingga terduduk diatas tempat tidur. Keringatnya ber bulir bulir membasahi wajahnya. Rupanyaa dia baru mengalami mimpi buruk. Awal dari masa suramnya menjadi seorang buronan.

Matanya terbelalak melihat sekeliling. Perlahan dia baru menyadari kalau dirinya berada dalam sebuah kamar penginapan.

Ingatan dalam masa kehidupan yang lama nya sering muncul kembali dalam mimpinya. Kali ini dia bermimpi tentang saat pertama kalinya diberikan gelar Penjahat Kelamin Pemetik Bunga. Gelar itu didapatkan karena menodai gadis bernama Zuan Cia, sebagai pelampiasan balas dendam dan kemarahan. Sejak saat itu dirinya dia menjadi buronan kerajaan.

Pemuda yang mengaku bernama Ye Shabg ini bangkit dari pembaringannya menuju baskom air yang tersedia diatas meja.

Di basuhnya wajahnya dengan air dingin. Kemudian dia duduk di kursi kayu. Dia merenung sejenak untuk mengembalikan ingatan dan jati dirinya setelah tenggelam dalam mimpi yang buruk.

Yuan Chen sudah dua hari menginap di kota ini. Chen tidak mau berburu harta Karun sebelum mendapatkan barang yang di cari. Bunga Teratai Naga.

Sebenarnya Dia hendak mencuri langsung dari rumah lelang, tapi siapa sangka kalau rumah lelang itu memiliki keamanan yang sangat kuat dan juga terdapat para ahli ilmu bela diri di peringkat Langit. Jika berani mencuri di tempat itu maka hanya akan mengantar nyawa sia sia.

Tekadnya sudah bulat untuk memenangkan di dalam pelelangan. Dia juga bertekad untuk tidak melakukan pembunuhan yang akan merugikan dirinya di masa depan. Keputusan yang salah akan menghancurkan masa depan.

Pagi ini Chen bermaksud untuk datang ke rumah obat. Meskipun hatinya enggan tapi dia memaksa djrinya mencari Obat yang dapat digunakan di masa depan. Bagaimanapun juga perjalanan ke Harta Karun akan ada banyak bahaya. Jadi butuh persiapan ekstra.

Setelah membersihkan diri, Chen pergi ke tempat rumah obat. Berjalan biasa membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai rumah obat.

Hatinya masih berharap dapat bertemu dengan Lee Duk kepala Pengawal Barang. Semoga saja pengawal itu belum meninggalkan kota ini.

Begitu mendekat rumah Obat, langkah Chen terhenti. Dia melihat seorang pria muda tampan menggunakan kipas putih. Di belakangnya dua pengawal yang mengikutinya.

Pria tampan berbaju mewah itu bukan lain adalah Xing Xie. Tentu saja saat ini Xing Xie tidak mengenali dirinya. Namun didalam kehidupan sebelumnya, Putera dari pemilik Rumah Obat ini merupakan sahabat nya yang mempengaruhi dia dalam melakukan kejahatan.

Chen malas bertemu dengan Xing Xie. Kalau perlu tidak usah bertemu dan saling kenal. Xing Xie adalah pengaruh buruk bagi Chen di masa lalu nya.

Xing Xie memang memiliki informasi yang luas. Dekat dengan keluarga kerajaan. Karena kakek Xing Xie adalah orang kaya kedua di kota Yaopin setelah rumah lelang. Apa lagi Kakeknya adalah Pendekar Peringkat Langit dan juga seorang Peracik Pil.

Seorang ahli bela diri dan juga seorang Peracik akan sangat di hargai oleh berbagai kalangan. Masa depannya cerah. Karena banyak orang kaya atau sekte yang berani menampungnya. Hidupnya bagaikan Raja.

Setelah Kakek Xing berkembang, dia akhirnya memutuskan untuk membuka Rumah Obat. Rumah obat di Yaopin inj adalah milik kakeknya Xing Xie.

Chen mulai teringat pertemuan pertamanya dengan Xing Xie di kehidupan sebelumnya.

-------------

INGATAN CHEN DALAM KEHIDUPAN LAMANYA.

"Apakah Manajer mu ada?" Tanya Chen kepada petugas di rumah obat.

"Ada perlu apa yah?" Si penjaga menjawab sopan.

"Saya ingin menjual resep." Chen mengeluarkan dua lembar resep pembuatan obat.

"Maaf Tuan. Kami tidak membeli tapi kami menjual obat " Jawab Petugas itu.

"Ada apa? " Tanya petugas lain yang pangkatnya lebih tinggi.

"Orang ini hendak menjual resep obat."

"Tuan kami hanya menjual dan tidak berniat membeli. Mohon untuk tidak mengganggu penjualan kami." Petugas itu bersikap sopan.

"Panggil dulu Managermu atau Peracik Rumah Obat ini. Dia pasti mengerti betapa berharganya barang yang ku jual." Chen berkeras.

"Sebaiknya Tuan Keluar "

Petugas itu tampaknya kesal. Dia hendak mendorong Tubuh pemuda yang tidak terlihat besar inj. Chen yang menyadari hal itu langsung berkelit. Akibatnya si petugas hanya mendorong angin.

Para pembeli dan beberapa petugas yang lain yang menyaksikan hal itu tersenyum kecil tanpa maksud mentertawai. Tapi bagi si Petugas yanh juga memiliki sedikit kepandaian ini merasa di permalukan.

"Aku bilang jangan mengganggu di tempat ini kalau tidak hendak membeli." Kali ini Petugas ini lebih sigap mendorong Chen.

Sekali lagi dia dapat menghindar dorongan itu, bahkan kakinya sengaja menghalang kakinya si petugas itu Akibatnya si petugas itu pun terjatuh.

Hal ini sangat memalukan. Petugas itu bangkit sambil melepaskan pedangnya. Melihat gelagat bahwa dirinya akan bertarung, Chen mempersiapkan diri. Jemarinya berbunyi seperti tulang saling beradu. Hawa membunuh menguasai tubuhnya.

"Cukup." Teriak Xing Xie yang kebetulan menyaksikan keributan itu. "Siapa Kau."

"Tidak penting siapa aku. Aku hanya ingin bertemu Manager atau Peracik dari rumah obat ini."

"Kurang ajar. Mau arogan di tempat ini." Pengawal yang tadi sudah menghunuskan pedangnya langsung menyerang.

Chen dengan tenang menghadapi lawannya. Begitu pedang itu melesat hendak menebas lehernya, jari nya langsung menangkap pedang itu. Cukup hanya menggunakan dua jari untuk menahan pedang itu.

Petugas itu mencoba menarik kembali pedangnya. Tapi cengkraman Chen begitu kuat sehingga sulit untuk di gerakan. Tidak terbayang kan seorang anak muda yang hanya tingkat tujuh dapat menahan pedangnya. Selama petugas ini menjadi kepala keamanan di Rumah Obat, tidak ada seorangpun yang berani macam macam dengannya. Kini seorang pemuda biasa benar benar telah mempermalukan dirinya.

Tringgh

Pedang itu patah di tangan Chen. Baik si petugas maupun yang lainnya menahan nafas seakan tak percaya melihat pemuda yang biasa dapat melakukan itu.

Xing Xia menyadari kalau tamunya yang satu ini bukanlah orang sembarangan.

"Hentikan." Perintahnya kepada si petugas. Lalu dia menatap Chen sambil berkata. "Apa yang kau kehendaki sebenarnya."

"Sudah kukatakan. Aku hendak bertemu Si peracik pil atau managernya." Chen membusungkan dada dengan arogan.

"Apa yang kau ingin kan setelah bertemu dengan Peracik Pil."

"Dia ingin menjual resep. Sudah ku katakan kalau kita tidak pernah membeli." Petugas itu mencari dukungan Xing Xie.

"Perlihatkan padaku resepmu." Tangan Xing Xie di julurkan.

Awalnya Chen tampak ragu. tapi diberikan juga resep itu. Xie menerima resep itu lalu membacanya.

"Astaga. Pil obat penguat Tulang tingkat 3 dan Resep Pembangkit Jiwa Tingkat 4" Xing Xie dibuatnya terkejut.

"Apa? Tingkat 3 dan tingkat 4?" Petugas itu sepertinya tidak menyangka. "Apakah Tuan tidak main main. Jangan jangan pemuda ini hanya seorang penipu.

"Makanya tadi kukatakan dimana manajernya atau ahli peracik yang mengerti resep ini" Chen mulai kesal.

"Baik... Baik .... Tuan. Tunggu sebentar." Xing Xie memberikan resepnya kembali. Lalu dia berlari kecil ke arah pintu di belakang.

Si Petugas dan Chen hanya saling memandang.

Tidak lama kemudian munculah Xing Xie dengan seorang yang sudah tua berumur 50 tahunan.,

"Maaf Tuan. Saya adalah peracik di rumah obat ini." Ucap pria tua itu. "Apakah benar kau akan menjual ke dua resep. Perlihatkan padaku resepmu."

Chen menyerahkan resep itu. Orang tua itu mengamati dengan seksama. Sebentar sebentar peracik itu mendesah sambil tersenyum.

"Sungguh orang tua ini harus mengakui sudah ketinggalan jaman dengan racikan jaman sekarang. Sulit di percaya bahan yang digunakan bukanlah barang yang langka. Bahkan semua bahannya ada di rumah obat ini."

"Berapa kau ingin menjual resep ini " Xing Xie mencoba negosiasi harga.

"Aku tidak menginginkan Duan (Mata uang di jaman itu.) Semua keuntungan dapat di ambil langsung oleh Rumah Obat. Yang ku ingin kan hanyalah Bunga Teratai Naga."

"Apa? Bunga Teratai Naga?" Xing Xie terkejut