Chereads / Dewa Pencuri / Chapter 24 - 24. Zuan Cia Dan Rombongannya

Chapter 24 - 24. Zuan Cia Dan Rombongannya

KOTA YAOPIN DI MASA SEKARANG

TAHUN 817 BULAN KE SEMBILAN

Ingatan di masa lalu memang sebuah ingatan yang kelam dan ingin dilupakan. Kali ini Chen tidak ingin bertemu dengan Xing Xie atau Si Tua Obat Xing Yang dan juga Puteri Zuan Cia. Bertemu mereka nantinya akan menambah masalah

Bagaimanapun juga dia harus menetap di kota Yaopin paling tidak sampai pelelangan berakhir. Tapi sebisa mungkin untuk tidak melakukan kontak dengan mereka yang pernah di temuinya di masa lalu.

Tapi dia harus mendapatkan Bunga Teratai Naga. Harus memenangkan pelelangan. Tetapi

duan miliknya belumlah mencukupi untuk memenangkan pelelangan. Tidak mungkin mencari dana tambahan ke Rumah Obat. Cara lain mendapatkan sumber dana adalah dengan menjual sesuatu yang berharga di rumah lelang.

Langkah kakinya kini menjauh dari Rumah Obat. Tujuannya ke rumah Lelang. Tapi sebelum kesana alangkah baiknya mengisi perut terlebih dahulu.

Tidak jauh dari rumah lelang itu terdapat kedai yang cukup ramai. Sepertinya makanan disana cukup enak.

Chen sama sekali tidak berpenampilan menyolok. Juga tidak terlihat seperti orang kaya karena pakaian yang dikenakan adalah pakaian rakyat pada umumnya. Jadi kemanapun dia pergi tidaklah menjadi perhatian siapapun. Jadi dia dapat membaur dengan rakyat biasa.

Sesampainya di kedai, dia memandang sekitar. Naluri untuk lebih waspada. Lebih sedikit menemui orang berpengaruh akan lebih baik dari pada mengambil resiko. Pandangannya meraba setiap sudut di tempat itu. Tidak ada wajah wajah yang di kenalnya pada kehidupan sebelumnya, tidak ada KBM dan tidak ada para bangsawan.

Pelayan yang menyambutnya mempersilahkan dirinya untuk masuk dan duduk di meja yang di tunjuk. Tapi Chen lebih memilih meja yang di atas balkon. Alasannya agar dapat melihat siapa yang akan datang ke kedai ini.

"Maaf Tuan. Lantai atas di gunakan untuk tamu khusus." Sang pelayan menahan di hadapan Chen.

Pemuda ini tidak tersinggung mendengar ucapan si Pelayan. Cukup dapat di maklumi jika kedai ini sering di datangi oleh para bangsawan dan orang kaya. Jadi lantai atas di persiapkan untuk mereka. Sedangkan Penampilannya kini tidaklah seperti orang kaya.

Dengan sabar dia mengeluarkan kantong coin yang di ambil dari Bho Pheng lalu diberikannya beberapa keping kepada pelayan.

"Berikan aku makanan enak dan satu tuak terbaik."

"Baik Tuan." Si Pelayan berubah sikapnya ketika melihat kantong uang berbahan beludru dan terdapat sulaman emas. Itu pasti dompet orang kaya, pikirnya.

Setelah menaiki tangga, Pemuda ini mencari meja yang tepat. Meja yang dicari terletak di tempat strategis yang dapat melihat semua pengunjung yang hadir.

Tidak lama kemudian pesanan datang dan siap untuk di santap. Hidangan di taruh diatas meja tersusun rapih oleh pelayan. Uap panas dan Aroma nya benar benar menarik selera.

Belum lagi di nikmati makanan itu, beberapa tamu datang dari pintu utama. Melihat siapa yang datang langsung membuat selera makannya menjadi hilang.

Yang datang dua orang gadis dan lima prajurit kerajaan. Mata Chen tertuju kepada gadis berpakaian terusan berwarna putih di hiasi dengan sulaman bunga. Rambutnya yang panjang di ikat kebelakan dengan di hiasi pita bergambar burung. Gadis ini di temani oleh asistenya seorang perempuan yang sebaya dengan dirinya juga para pengawal. Dia adalah Puteri Zuan Cia bersama gadis yang menjadi pesuruhnya beserta beberapa prajurit.

Sang Puteri memandang setiap sudut untuk mencari tempat terbaik. Sampai mata Puteri beradu dengan matanya Yuan Chen

Chen tidak kuat untuk menatap lebih lama jadi dia menunduk. Dia menunduk mungkin karena teringat perbuatan buruknya terhadap gadis itu dimasa lalu membuat dirinya seperti merasa bersalah. Atau dia menunduk karena tidak mau melakukan kontak dengannya.

Tapi justru sang putri menunjuk ke arah dirinya dan memberikan perintah kepada pengawalnya.

"Jangan datang kesini.... Jangan buat masalah... Jangan datang kesini.... Jangan buat masalah..."

Chen terus mengucapkannya dengan suara pelan. Bukannya dia takut menghadapi mereka semua. Tapi sekarang dirinya sudah bertekad untuk menjauhi masalah. Lebih baik tidak pernah ada kontak dari pada pertemuan yang nantinya berbuntut panjang.

Dia tidak ingin menjalani hidupnya seperti di kehidupan sebelumnya. Bertengkar dan berselisih hanya akan membuat dendam lebih dalam dan saling menyulitkan. Lebih baik fokus mencari ilmu.

Dua pengawal kerajaan datang mendekatinya. Yang seorang menatapnya dengan tajam dengan sorot mata mengancam. Tekanan intimidasi dapat di rasakan hanya dengan berdiri di hadapan pemuda ini.

"Menyingkir dari meja ini. Nona kami mau duduk disini menunggu tamu nya." Ucap seorang pengawal dengan nada perintah.

Seandainya dia masih dalam kehidupan yang lama maka pengawal ini pasti sudah tidak bernyawa. Tapi Chen tidak mau cari masalah. Tidak ingin identitasnya diketahui orang lain.

"Pelayan. Tolong pindahkan makanan saya." Ucap Chen sopan tanpa memperpanjang masalah. Terkadang mengalah itu ada baiknya.

"Apa matamu buta. Pelayan itu sedang sibuk dan pesananmu juga tidak banyak. Tidak bisakah kauengangkat sendiri." Pengawal satunya berbicara dengan keras. "Bawa makananmy dan pindah dari sini.

Darah Chen sudah mendidih sebentar lagi naik ke ubun ubunnya. Tapi mengingat rencana masa depannya, Chen menenangkan dirinya kembali.

Dibawa nya semua makanan miliknya untuk pindah ke tempat yang lebih jauh agar tidak mengganggu dirinya lagi.

"Hei. Kami tidak akan memakanmu. Tidak usah takut. Pindah di meja ini saja." Pengawal Pertama menunjuk meja di sebelahnya. "Kalau kau pindah lebih jauh maka akan lama lagi."

Gigi Chen sudah gemeretak. Tangannya sudah di genggam. Dia memandang Zuan Cia yang pernah di perkosanya di kehidupan sebelumnya. Anehnya wanita itu malah tersenyum manis kepadanya. Chen kembali menunduk dan duduk di tempat duduk yang ditunjuk oleh Pengawal.

"Lihat. Itu tamunya Tuan Puteri telah datang." Pengawal itu menunjuk ke luar jendela. "Sebaiknya kau cepat pindahkan makananmu."

Chen melirik keluar jjendela. Ternyata yang akan menjadi tamu dari si Tuan Puteri ini adalah Tuan Muda Xing Xie. Putera Rumah obat ini datang dengan di temani dua pengawalnya.

"Apa yang kau lihat bodoh. Cepat pindahkan barangmu." Bentak pengawal dengan mendorong pundaknya Chen.

Chen menutup matanya mencoba menahan emosinya.Terdengar langkah Xing Xie sedang menaiki tangga.

"Cepat pindahkan makananmu." Suara pengawal itu semakin menjengkelkan.

Chen membuka matanya lalu berbalik badan dengan cepat menotok kedua pengawal tersebut.

Karena posisi kedua prajurit ini membelakangi Puteri dan kepala prajurit maka Mereka tidak tahu apa yang terjadi. Yang mereka saksikan adalah anak buahnya sedang membatu tidak bergerak. Demikian juga dengan lawan bicaranya juga berdiam.

Tentu saja Chen hanya diam menunggu respon dari si kepala pengawal.

"Hei apa yang kau lakukan. Cepat pindahkan makanan orang itu." Teriak kepala prajurit.