Rico celingak-celinguk mendengar pertanyaan ayahnya. Ia menoleh ke arah Om Doni seakan meminta pertolongan.
"Arya pengen main sama Rico, Mas. Sama nanti mau lihat-lihat Jakarta," ucap Om Doni mencoba menarikan alasan untuk Rico.
"Oh, iya, Arya. Kamu belum pernah keliling Jakarta, ya? Sebenarnya enggak ada yang gimana-gimana di Jakarta. Sama aja kayak kota lain," ucap Pak Erwin.
"Arya mau ke taman bermain, Pakdhe," ucap Arya.
"Oh, Ancol? Ya, udah sana main. Kamu Papa ijinin cuti, Rico tapi .... Kamu mesti lembur dan garap semua kerjaan yang papa kasih ke kamu setelah masuk," ucap Pak Erwin.
"Oke, Pa. Rico siap," ucap Rico sambil tersenyum.
Bu Lidya memperhatikan anaknya itu. Rico terlihat ceria sekali. Tentu hal itu amat berbeda dengan dirinya sejak pindah ke Jakarta.
Hubungan Rico dan ayahnya sama sekali tak membaik, meskipun Rico pindah ke Jakarta.
Satu tahun pertama, Rico masih mampu bertahan tinggal di rumah, tapi ia dan ayahnya selalu saja bertengkar.