Edward yang selalu keras dan tangguh juga tak tahu mengapa dirinya bisa terpengaruh dengan semua kalimat yang dilontarkan ke arahnya. Setiap kata-kata yang datang dari Adam bagaikan pisau yang mengiris-iris dadanya sekarang.
Tak pernah terpikir bahwa acara makan malam biasa akan berlangsung seintens ini. Lehernya bahkan bisa mengeang dan tangannya ikut mengepal dengan sendirinya.
Dia yang selalu bersikap sekeras batu, seakan tak tergetar sepenuhnya oleh tetesan air yang terus turun menghujani sanubarinya. Untuk sesaat mereka berdua merasa begitu rapuh, waktu dan situasi juga tak sedang membantu keadaan selain memberikan celah pada setiap ruang yang hampa.
Pembicaraan yang berlangsung dari hati ke hati membuat dirinya untuk pertama kalinya mempertanyakan segala niat dan rencana yang telah dia susun selama ini. Semua target dan keinginannya serasa tak berarti apa pun pada saat ini.