"Apa kita harus seperti ini selamanya?" tanya William.
"Aku tidak tahu."
"Aku pindah ke apartemen sore ini," ucap William.
"Oh."
Mentari hanya menjawab singkat. Ia tidak menatap ke arah laki-laki itu. Kaca jendela sengaja diturunkan, karena ia merasa sesak.
"Aku merindukanmu. Kumohon, biarkan aku melihat wajahmu. Sebentar saja, setelah itu aku akan pergi," ucap William sambil menatap penuh harap.
Mentari tetap bergeming, menatap keluar jendela dengan hati bimbang. Ingin berbalik menatap laki-laki itu, tapi takut rasa sakit itu semakin parah. Namun, ia tidak tega mendengar permintaan suaminya yang putus asa.
"Kumohon, sebentar saja," desak William dengan nada semakin putus asa.
'Kamu tidak bisa lagi menatap wajahku. Apakah perasaan cintamu sungguh sudah hilang?'
'Bagaimana ini? Lihat tidak, ya?' Mentari menimbang perasaannya di dalam hati. Setelah merasa yakin, ia menoleh.