Mobil berhenti di taman tak jauh dari kantor tempat bekerjanya Yerin.
"Bukankah kamu sedang dekat denganku?" tanya Joon seraya menatap mata Yerin dalam-dalam.
"Sedekat apa kita lagian aku dengan Bobby hanya teman," jawab Yerin.
"Oh iya, sampai harus video call malam-malam, janjian di taman malam-malam." dengan ketus Joon membalik ucapan Yerin.
"Topik bicaramu sudah tidak jelas, aku harus bekerja." Yerin hendak membuka pintu mobil tersebut, namun Joon menguncinya sehingga Yerin tidak bisa membukanya.
"Mau apa lagi?" tanya Yerin dengan pasrah menghadap Joon.
"Maafkan aku," jawab Joon dengan meraih tangan Yerin.
"Untuk apa?" Yerin menaikan kedua alisnya menandakan dia tidak mengerti.
"Untuk beberapa bulan ini yang hilang tanpa kabar," ucap Joon dengan lembut.
"Aku sudah melupakan semua, jadi anggap saja kita tidak pernah bertemu sebelumnya." Yerin melepaskan tangan Joon dengan lembut.
"Kita mulai dari awal," ucap Joon dengan penuh harap di matanya.
"Baiklah," sahut Yerin. Mendengar hal itu Joon segera memeluk erat Yerin bahkan membuat Yerin nampak syok dengan melotot kedua matanya tanpa pergerakan apapun. Dia senang bisa kembali dekat dengan Joon tapi dia tidak mengira akan seperti ini reaksi Joon kepadanya.
"Uhukk...." Yerin pura-pura batuk agar Joon melepaskan pelukannya.
"Maaf-maaf, apa pelukannya terlalu erat?" tanya Joon seraya memeriksa lengan Yerin
Yerin hanya mengangguk dan memegangi dadanya, bukan karena sakit melainkan dia merasa Jantung nya bekerja dua kali lebih cepat.
"Aku harus bekerja," kata Yerin.
"Aku antarkan," sahut Joon. Segera dia menginjak pedal gas dan menuju kantor Yerin.
Sesampainya di kantor tempat kerja yerin mobil berhenti tepat di pintu masuk Atau lobby kantor. Hal itu menarik perhatian para karyawan lain.
"Bukankah itu mobil Joon," bisik salah satu staf.
"Iya itu Joon sama Yerin," sahut karyawan lain sehingga memicu kerumunan dan keramaian lagi.
"Kenapa harus sampai sini? Kan bisa berhenti di depan kantor saja." Yerin panik dengan apa yang sedang terjadi di luar mobil. sedangkan Joon menanggapi ucapan yerin, dia malah keluar dan membuka pintu untuk Yerin. Hal itu semakin membuat hangatnya perbincangan.
Dengan ragu yerin keluar dari mobil.
"Hati-hati kerjanya," ucap Joon seraya mengecup kening Yerin di hadapan semua orang, Yerin tertegun dan hanya mematung menatap Joon pergi.
"Yerin, apa hubunganmu sama dia?" tanya salah satu rekan kerja Yerin yang menghampirinya dan membuatnya tersadar akan lamunannya
"A-aku!" Yerin yang baru saja tersadar menjadi gugup untuk menjawab.
"Iya, nanti mintain tanda tangan Joon ya," ujar beberapa karyawan lain.
Yerin hanya bisa nyengir asam karena menahan malu.
"Rin, di panggil produser," ucap salah satu rekan laki-laki Yerin.
"Oh iya," sahut Yerin, segera dia menuju ruangan Produser tersebut. Sekalian dia menghindari dari pertanyaan yang susah dia jawab dari rekan kerjanya.
Tok.... Tok.... Tok....
Yerin mengetuk pintu ruangan Produser tersebut.
"Ya masuk," sahut dari dalam.
Yerin dengan pelan mendorong sebut dan mulai melangkah masuk kedalam ruangan produsernya.
"Apa bapak memanggil saya?" tanya Yerin pada Produser muda di hadapannya.
"Iya, silahkan duduk." Produser itu tidak terlihat menyeramkan dia hanya saja yerin merasa heran kenapa iya dipanggil secara tiba-tiba.
"Apa kamu tahu alasan kamu saya panggil?" tanya produser bernama Anton tersebut.
"Tidak," jawab Yerin di ikuti dengan gelengan kepalanya.
"Ini berhubungan dengan hubunganmu dan Joon," jelas Anton.
"Pak, saya bisa jelaskan. Kami tidak memiliki hubungan spesial. Kami hanya berteman dan kebetulan kami ada urusan yang harus di selesaikan. Maaf sudah membuat kericuhan," ucap Yerin.
"Saya tidak melarang siapapun berpacaran di kantor ini. Tapi tidak sampai menimbulkan keributan." Anton menghela nafas panjang.
"Tapi saya tidak pacaran pak, saya hanya berteman."
"Yang jelas saya tidak ingin hal seperti ini terjadi lagi."
"Baik pak!" Yerin menunduk malu. Saat keluar dari ruangan produserpun hanya menunduk malu tidak berani melihat ke sekelilingnya.
Akhirnya pada jam pulang kerja, Yerin segera mengambil tas dan jaketnya. dia Ingatkan punya janji dengan Bobby. Segera ia mengirim pesan kepada Bobby untuk memberitahunya bahwa dia sedang berjalan menuju taman.
Selama perjalanan yerin mengecek ponselnya, namun tidak ada balasan dari Bobby. Tapi Yerin tetap berjalan menuju taman. Sesampainya di taman yerin tertuju kepada bangku yang berbeda di tengah taman. Dia melihat laki-laki yang ia kenali, yaitu bobby.
"Aku mengirim pesan kepada mu tadi," ucap Yerin pada Bobby.
"Iya aku membacanya," sahut Bobby dengan wajah datar.
"Kenapa?" tanya Yerin heran.
"Ku kira kamu tidak akan datang," ucap Bobby.
"Kenapa harus tidak datang?" Tanya Yerin.
"Aku melihat berita tentang mu," jawab Yerin.
"Apa seluas itu, bahkan aku sampai di panggil produser." Yerin ikut menjadi lemas
"Tenang saja, aku sudah menutup berita itu." Bobby memenangkan Yerin.
Mendengar itu yerin merasa kaget. Dia bingung harus bersikap seperti apa Bobby.
"Aku tidak akan membiarkan kamu dalam kesulitan," ucap Bobby.
Ucapan Bobby semakin membuat Yerin salah tingkah.
"Eh... Kamu ngajak ketemu ada apa?" tanya Yerin upaya untuk mengalihkan pembicaraan.
"Aku hanya ingin bertemu, dan menceritakan apa pun kepadamu."
"Ceritakanlah," sahut Yerin dengan riang.
"Mengalami masa-masa sulit, dimana rekan-rekan ku mengalami cedera dan aku harus berhenti sesaat dari dunia hiburan."
"Aku mengerti perasaanmu," kata Yerin dengan menepuk bahu Bobby untuk menyemangati pria itu.
Bobby hanya tersenyum, dan bobi menyimpan sebuah rasa kecewa di balik senyuman tersebut. Ia kecewa karena Yerin kembali kepada Joon. Sedangkan Bobby tahu bahwa Joon sering berganti-ganti pasangan. Dia tidak ingin Yerin tersakiti oleh sikap Joon.
"Aku yakin kalian bisa melewati masa sulit ini, bukankah dulu kalian juga melewati masa sulit, dan kalian berhasil kan." Yerin mencoba memberi semangat kepada Bobby.
"Terima kasih." Bobby kembali tersenyum kepada Yerin.
"Apa kamu sudah makan?" tanya Bobby.
"Emmm" Yerin menggelengkan kepalanya. Dia sampai lupa makan Karena saya ingin keluar dari ruangannya karena malu kejadian siang tadi.
"Kita makan dulu." Bobby segera menarik tangan Yerin, namun Yerin menahannya.
"Kenapa?" tanya Bobby.
"Aku takut berita semakin runyam jika ada yang melihat kita berdua." Yerin nampak takut dan ragu.
"Tenanglah, aku sudah menyiapkan penyamaran yang sempurna." Bobby meraih tangan Yerin kembali dan menunju mobil yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
Yerin yang bingung hanya pasrah kepada Bobby. Ia bahkan tidak bertanya apapun sampai mereka di perjalanan di tempat misterius itu.
"Jangan tegang. Rin," ucap Bobby yang melihat Yerin nampak tegang.
"Kamu yakin tidak ada yang mengenali mu?" tanya Yerin yang penuh keraguan.
"Tenang saja," ucap Bobby dengan senyum manisnya.
Yerin tidak lagi menanyakan hal tersebut, dia menunggu sampai mobil berhenti di tempat yang Bobby inginkan.