Chereads / EDEN - Kisah Dunia Fana (Original) / Chapter 48 - Mereka yang Fana & Mereka yang Memegang Pedang

Chapter 48 - Mereka yang Fana & Mereka yang Memegang Pedang

Kemarin mungkin adalah hari paling konyol yang pernah Fira lewati selama dia hidup. Bisa-bisanya seluruh sekolah melakukan tindakan bodoh semacam tawuran hanya karena cekcok antara seorang murid dengan murid lain di sekolah tetangga. Dan anehnya, mereka bahkan tampak senang dengan kekonyolan itu.

Waktu menunjukkan pukul lima sore saat murid-murid sekolah Fira mulai bentrok dengan murid-murid dari sekolah lawan di tengah jalan raya, sementara para pengendara juga sebisa mungkin untuk tidak terlibat dalam aksi itu. Ada yang menyerang dengan tangan kosong, tongkat kayu, gir motor, bahkan batang besi.

Namun, tetap saja bagi Fira pemandangan itu adalah hal yang sangat ganjil.

Mereka menikmati kekerasan yang mereka perbuat, sementara Fira hanya mampu berdiri di bawah pohon sambil mengamati pertempuran antara dua sekolah itu dengan ekspresi datar yang terpasang di wajah. Dia ingin tertawa, tapi sayangnya dia juga merasa ngeri dengan semua yang terjadi kala itu.

Gadis berambut panjang keunguan dan halus itu hanya bisa menonton dan mematung di tempat yang aman di kejauhan. Bukan karena dia tidak ingin bertarung, melainkan karena dia sudah terlalu lelah untuk mengayunkan pedangnya.

"Apa-apaan... " Gadis remaja itu berbisik. Keringat dinginnya mengalir. "Yang benar aja deh... "

"Hey, Fira!" Sahut seorang gadis cantik berhijab putih yang tengah berlari ke arah Fira. "Kamu ngapain di sini sih? bahaya tahu!" Gadis itu berusaha mengontrol nafasnya.

Namun Fira sama sekali tidak mengindahkan perkataan gadis itu, karena tatapan matanya masih tertuju ke arah kerumunan murid yang tengah berkelahi bak orang gila.

"Yah, ini seru juga kok buat ditonton." Fira bergumam sambil nyengir nakal. "Bagaimana menurutmu, Sof?"

"Tapi—"

Tiba-tiba saja Fira merasakan bahaya yang tengah mendekat ke arahnya dengan sangat cepat. Spontan gadis itu langsung mengangkat tangan kanannya ke samping, tepat di depan wajah teman sekelasnya itu, Sofia, dan menangkap satu batang besi yang hampir mengenai wajah gadis itu.

"Eh?" Sofia terkejut setengah mati. Wajahnya pucat tanpa ekspresi.

"Keparat kalian... Sebaiknya kita pergi dari sini, Sof." Kata Fira dengan wajah dingin. Dia tidak tahu siapa yang melempar besi itu, tapi itu berhasil membuatnya jengkel hingga ke ubun-ubun.

"Wa-hahaha... syukur nggak kena." Kata Sofia yang juga berkeringat dingin.

Fira mencengkram besi itu dengan kuat sampai bengkok, lalu membantingnya ke bawah hingga batang besi itu menancap di aspal, dan menciptakan suara yang amat lantang sampai-sampai terdengar ke segala penjuru.

Semua orang yang mendengarnya berhenti bergerak seketika dan menoleh ke arah Fira dan Sofia. Betapa terkejutnya mereka ketika mendapati batang besi yang tertancap itu. Bahkan ada asap yang keluar dari lubangnya.

"Apa lihat-lihat? Kalian mau mati, hah?" Kata Fira tajam dengan tatapan ingin membunuh, kemudian ia melangkah pergi dan menarik tangan Sofia. Namun, perkataannya berhasil membuat semua orang bergidik ngeri. Bahkan para pengendara juga terdiam "Yuk, Sof, lupakan saja manusia-manusia tolol ini."

Semua orang yang ada di sana menelan ludah.

Faktanya Fira cukup terkenal di sekolahnya, atau tepatnya, di kalangan siswa-siswi SMA di kotanya. Gadis ganas bermata ungu yang berhasil membuat puluhan preman sekolah babak-belur, seperti itulah Fira dikenal di mata anak-anak SMA di kota Kendari.

Akan tetapi, meski Fira terdengar sangat hebat dan berbahaya, anehnya gadis itu juga merupakan korban dari aksi bullying yang dilakukan oleh beberapa siswi kaya yang sekelas dengannya. Fira tidak pernah membalas walaupun dia selalu diperlakukan layaknya sampah. Bahkan tahun lalu, Fira didorong hingga jatuh ke dalam empang sekolah, dan dilumuri seember lumpur berbau busuk, tapi dia tetap diam.

Namun, itu cuma masa lalu belaka. Kejadian itu juga sebenarnya tidak terlalu penting untuk diingat-ingat lagi. Dan seperti yang seharusnya, semua orang juga tahu, kalau hari kemarin akan selalu berganti menjadi hari esok. Jadi, dia berusaha untuk tetap maju sambil mencoba melupakan semua yang tak diperlukannya.

Lalu, hari itu pun berakhir dengan Sofia yang terus menerus mengoceh agar Fira tidak menggunakan kekuatannya di depan umum seperti itu. Tapi, apa yang dikatakan Sofia memang benar, mengingat keberadaan batang besi itu bisa dijadikan bukti yang sangat kuat atas rahasia Fira.

Ya, kenyataannya, Sofia juga tahu soal jati diri Fira yang sebenarnya, dan mungkin, Sofia juga lah yang menjadi alasan bagi Fira untuk bertahan di dunia manusia yang bobrok ini. Sejak dulu Fira memang selalu memandang buruk umat manusia, karena ego mereka yang tak ada habisnya. Manusia itu sangat aneh, juga tak memiliki batasan, dan tak bisa ditebak. Itulah yang membuat Fira membenci mereka.

Akan tetapi, pada akhirnya, manusia hanyalah makhluk yang fana.

Sedangkan Fira, adalah makhluk yang mendekati keabadian.

Apa yang sudah dilalui oleh orang-orang seperti Fira memang sangatlah berbeda dengan kehidupan manusia. Manusia zaman sekarang hanya tahu tentang peperangan melalui pelajaran sejarah, sedangkan Fira tahu tentang peperangan, karena dia juga terlibat di dalamnya.

Mungkin, itulah alasan sederhana yang membuat Fira tidak mampu memahami manusia. Seolah memang seperti itulah cara dunia ini bekerja.

"Ya Tuhan... " Fira duduk di atas ranjang dengan selimut yang masih menutupi setengah badannya. Gadis itu memijat keningnya yang terasa nyeri. "Berilah aku kekuatan untuk menghadapi manusia-manusia itu... " Jujur saja, setiap kali Fira mengingat manusia, entah kenapa gadis-gadis kaya itu juga ikut muncul dalam benaknya, dan membuat kepalanya semakin sakit.

"Sofia... " Fira mencoba untuk menyingkirkan rasa sakit itu dengan membayangkan wajah sang sahabat yang selalu berada disisinya. Gadis itu tertawa pelan ketika mengingat saat-saat Sofia mengomel kemarin.

Namun, suara alarm yang sudah disiapkan Fira di ponselnya tiba-tiba berbunyi dan memecah keheningan di kamar kostnya yang gelap gulita.

"Hah... sudah waktunya ya?"

Waktu menunjukkan pukul tiga subuh tepat.

Dengan berat hati, Fira akhirnya beranjak dari tempat tidurnya, dan bersiap-siap untuk pergi mengerjakan tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya di dunia ini.

Fira membuka lemari di pojokkan, dan mengeluarkan kotak kayu besar, dimana ia menyimpan satu-satunya perlengkapan perang yang ia miliki. Dia mulai mengenakan pakaian berupa sebuah seragam berwarna ungu gelap dan agak ketat yang membalut hampir seluruh bagian tubuhnya, kecuali kepalanya. Lalu, ia memasang beberapa pelindung berbahan dasar baja di pundaknya, dada, kaki, lutut, serta tangannya.

Yang terakhir, gadis itu mengambil sebuah pedang yang dia sembunyikan dibawah ranjang. Pedang cantik yang juga berwarna ungu dan terlihat sangat tajam.

Tapi, entah kenapa gadis sempat memandangi pedangnya dengan tatapan hampa.

Di bilah pedangnya, Fira bisa melihat pantulan wajahnya.

Dari pagi sampai malam, Fira menjalani harinya sebagai seorang gadis biasa yang pemarah. Seorang murid SMA. Namun, di waktu dini hari seperti sekarang ini, Fira harus melakukan pekerjaan yang bahkan tak mungkin untuk dilakukan oleh manusia manapun di dunia ini.

"Aneh... "

Namun, Fira buru-buru menggelengkan kepala untuk mengusir pemikiran yang tak berguna itu, dan segera keluar melalui jendela yang dibiarkannya terbuka, kemudian melompat tinggi dan mendarat dengan mulus di atas atap kostnya.

Sepoy angin yang dingin langsung menerpanya. Rambutnya yang panjang dan agak keunguan terombang-ambing bagai ombak.

"Hmm... Tapi ya, mungkin aku harusnya bersyukur, karena bisa datang ke dunia ini dan menikmati hidup yang lumayan normal... " Gumam gadis itu pada dirinya sendiri. "Di sini aku bisa sekolah, tidur dengan nyenyak, makan semauku, mandi sepuasnya, dan... aku juga bisa duduk kapanpun aku mau... Nggak seperti waktu masih di sana... " Fira menghela nafas dalam.

Ya, inilah jati diri Fira yang sebenarnya, seorang Arch.

Prajurit dari dunia lain, yang disebut sebagai Dunia Crystal. Prajurit yang telah dipilih untuk datang ke dunia ini, dan bertugas untuk melindungi manusia dari dosa-dosa mereka sendiri. Rakyat Dunia Lain. Makhluk yang mendekati keabadian, dan memiliki kemampuan untuk menyatakan keajaiban semudah membalik telapak tangan.

"Sudah saatnya kau bangun, Nyxia." Kata Fira yang seketika membuat cahaya ungu terang timbul di ujung mata pedangnya. "Ya... aku memang harus bersyukur. Apalagi, semuanya juga sudah berjalan dengan lancar sampai pada hari ini." Seulas senyuman tipis terbentuk di bibirnya.

Akan tetapi, senyum Fira hilang dalam sekejap, ketika ia melihat ada banyak asap hitam pekat yang berasal dari rumah-rumah warga. Memang tak ada sesuatu yang terbakar waktu itu, karena asap-asap itu berasal dari manusia. Asap hitam pekat, yang membuat siapapun merinding melihatnya.

Fira mengalihkan pandangannya pada beberapa sosok manusia berpakaian tertutup serba hitam dan menggunakan topeng yang baru saja mengendap-endap keluar dari jendela rumah tak jauh dari sana. Bahkan Fira langsung tahu kalau mereka adalah pencuri setelah melihatnya sekilas, dan ada begitu banyak asap hitam yang keluar dari tubuh mereka.

"Manusia-manusia keparat... kalian memang bisa banget ya bikin dosa."

Semua asap-asap hitam itu terangkat, dan naik ke langit, berkumpul di satu titik dan menciptakan sebuah lubang hitam. Dari lubang hitam itu pula, muncul siluet-siluet manusia yang lahir dari kegelapan murni.

Makhluk-makhluk hitam itu mengambang di angkasa, mengelilingi lubang hitam. Merekalah musuh yang harus dihadapi Fira sekarang. Sosok-sosok hitam itu bukanlah hantu atau roh jahat, mereka hanyalah makhluk yang lahir dari kehampaan, dan satu-satunya yang mereka inginkan di dunia ini, adalah kemusnahan umat manusia.

Fira memasang kuda-kuda, dengan kaki kanan di depan, lalu mengangkat pedangnya yang memancarkan cahaya ungu terang benderang. "Hap!" Gadis itu menyerang dengan satu ayunan mantap, menciptakan sayatan cahaya ungu nan lebar yang melesat langsung ke arah para Dosa-dosa itu.

Sayatan itu berhasil membuat puluhan Dosa terbelah dua hingga lenyap tanpa sisa, tapi, serangannya sama sekali tidak berhasil menghancurkan lubang hitam itu. Selama lubang itu masih ada, maka para Dosa itu akan terus terlahir.

"Kampret ah... "

Mulai dari sini, perjuangan Fira akan semakin berat. Dia harus melawan Dosa-dosa itu agar tak menyerang manusia, sambil berusaha untuk menghancurkan lubang hitam itu. Atau dia hanya perlu menunggu hingga matahari terbit, dan semuanya selesai.

Fira mengambil nafas dalam. Cahaya ungu kembali timbul di pedangnya. Dia kembali memposisikan kakinya dan bersiap menyerang. Di saat yang bersamaan, tampak ada banyak orang mulai bermunculan di atas atap, bahkan ada juga yang melayang.

Fira kembali tersenyum senang. "Oke kawan-kawan, saatnya bekerja."

Sebagai seorang manusia, Fira dikenal dengan sebutan Gadis Ganas, tapi sebagai dirinya yang sekarang, orang-orang yang juga berasal dari dunia lain, mengenal Fira sebagai si Pedang Pelangi Ungu.