Benar-benar terang dan cerah.
Ini dimana?
Keil berbicara dalam dirinya.
Keil tak pernah menyaksikan pemandangan ini sebelumnya. Hatinya tenang seperti diterpa angin spiritual yang tak terlihat. Apapun itu, ia merasa sebagai kehadiran yang benar-benar berbeda.
"Ibu?" Keil memandang seorang wanita dari kejauhan. Entah mengapa, banyak perasaan sedih dan bahagia yang bercampur aduk. Ia tak mengingat apa-apa.
"Teman-teman, dan penduduk desa?"
Di belakang sosok wanita tadi, tiba-tiba muncul banyak orang yang semakin jelas terlihat. Keil tak mengerti lagi, ia berlari menghampiri semuanya dan ingin melepaskan satu perasaan pada mereka.
Saat ia hampir sampai, Keil terkejut. Ia telah merasa berlari dan seharusnya telah sampai pada jarak yang sangat dekat dengan mereka. Tapi, apa yang dilihatnya selisih jarak antara mereka semakin jauh.
"Apa ini?" Keil dipaksa mengingat sesuatu. Kepalanya memberontak pada dirinya dan berputar yang mengakibatkan matanya melihat semakin samar. Keil berusaha mengambil kendali kepalanya.
Lalu, hasilnya Keil terjatuh sambil menutup kedua matanya secara dramatis. Di detik-detik terakhir, ia menyadari bahwa yang dilihatnya hanyalah fatamorgana. Ilusi yang sebenarnya hanya tanah kosong.
Keil kini dapat membuka matanya kembali. Hari masih cerah, dan ia tak mengingat apa yang terjadi barusan. Tiba-tiba kepalanya terasa sakit.
Setelah beberapa saat berlalu, Keil sadar tentang dirinya.
Ya! Pembantaian desa. Para Tekno itu harus mati! Keil merasakan energi yang meluap-luap dalam dirinya. Dadanya bergemuruh dengan nafas terengah-engah yang dalam.
"Tekno, Tekno, Tekno, matilah kalian semua!"
Keil menyatukan kedua sisi giginya hingga jika lidahnya tergigit saat itu, itu akan terpotong. Tangannya mengepal seperti batu. Matanya melebar hampir maksimal menghasilkan urat-urat yang terlihat.
"Apakah kau menginginkan kekuatan?"
Sebuah suara berat. Tak ada sosok yang terlihat telah mengucapkannya. Keil melihat sekeliling dan merubah kondisi tubuhnya. Kini ia berada dalam mode waspada.
"Siapa kau? Tunjukkan dirimu!"
"Ha..Ha..Ha..! Manusia memang menarik! Apakah kau tertarik dengan penawaran ini?"
Keil menjawab spontan, "Ya! Jika kau mau menunjukkan dirimu!"
"Khu..Khu.., itu tidak bisa. Tapi, aku akan menunjukkanmu sebuah wujud seorang lelaki. Lihatlah ke belakang, wahai manusia!"
Keil mengikuti perkataannya. Saat itu Keil melihat sosok lelaki muda yang lebih tinggi darinya. Kira-kira Keil adalah dua pertiga tinggi lelaki tersebut.
"Siapa kau! Bagaimana manusia sepertimu bisa memberi kekuatan? Aku Keil tak akan memaafkanmu jika kau berkata bohong!"
"Memang, memang, beginilah sifat manusia. Aku katakan padamu bahwa aku bukanlah manusia. Aku adalah makhluk dari alam tersembunyi yang terkadang bisa terhubung dengan dunia manusia."
"Kau beromong kosong! "
"Dengarkan dulu. Apakah kau pernah mendengar cerita tentang penduduk bumi sebelum manusia?"
"Omong kosong! Aku tak butuh ocehanmu! Mana kekuatan yang kau janjikan? Apakah kau ingin menasehatiku atau apa? Jangan bilang kekuatan yang kau maksud adalah 'janganlah menyerah!' atau 'semangat!'. Aku..aku.. sudah muak untuk hidup. Aku lebih baik mati daripada hidup tanpa menghabisi Tekno-tekno itu!"
"Nah, itu bagus tentang kondisimu. Kau mewarisi satu sifat dari makhluk sepertiku. Perkenalkan, namaku adalah Zarasawanara. Aku termasuk dari satu suku terkuat di alamku. Dan, aku memiliki beberapa kekuatan yang mungkin bisa dibagi dengan manusia sepertimu. Tapi, ada syarat-syarat untuk memenuhinya."
"Mengapa kau ingin membantuku? Seseorang yang bahkan tak mampu mengurusi dirinya sendiri? Apakah kau ingin menghinaku? Satu lagi, kau tidak beromong kosong, bukan?"
"Hmm, akan sulit untuk merasuk dalam mimpimu terlalu lama. Aku hanya ingin mengatakan, terimalah tawaranku dan datanglah ke sebuah tempat di selatan dimana kau tak mengikuti atau membelakangi arah matahari. Di sana, akan ada sebuah gua yang mempunyai mulut dua kali lipat dirimu. Kita akan bertemu di alammu, kali nanti."
"Mana—"
Keil terbangun dua kali. Kini ia berada di alam nyata. Benar, Keil terbangun dari mimpi yang bertumpuk. Keil mencoba mengingat mimpi aneh yang terjadi padanya. Tapi, ia tak dapat mengingatnya.
***