Luna berjalan mendekat ke arah dapur dan menuju ke tempat bunda berada. Ia kebingungan bagaimana harus membuka cangkang telur yang ia pegang, karena kini tangannya sudah sangat lengket oleh putih telur yang dari telur yang ia pecahkan denga nasal-asalan.
Aku tak peduli lagi, dengan papa yang sepertinya mengenal kak Zacky, atau Jeanne yang ribut dan selalu heboh sendiri. Aku hanya harus segera bersiap-siap pergi. Kak Zacky, tolong tetaplah menungguku.
***
Pantulan wajah di seberang kaca nampak manis. Blouse merah muda berlengan tiga-per-empat dan dipadukan dengan mini skirt abu-abu dengan jahitan kain yang berlipat, juga rambut panjang yang telah dicatok dan dibentuk bergelombang, serta bando polos berwarna pink tua mempermanis tampilanku. Ah, make up tipis juga kububuhkan ke wajah. Bahkan aku memakai liptint milik Jeanne dan memasangnya tipis di bibir.
"Berguna juga ada Jeanne di sini," gumamku dan terkikik geli.
"O my Fanty! Rain is her-"