Luna berdecak dan langsung menyingkirkan tangan Andra dari wajahnya. "Lu inget tempat, dong! Ngapain, sih!" ujar Luna dengan lirih nan penuh penekanan.
Andra yang juga baru menyadari jika mereka masih berada di kantor waka kesiswaan pun langsung kembali berdiri tegak. Ia mengucapkan permintaan mafa singkat dengan lirih dna kembali berdiri tegak dan diam.
Guru tersebut usai menulis catatan yang akan membawa kasus tersebut untuk menuju ke sidang besar sekolah. Ia menatap Luna dan tersenyum manis, menyerahkan surat undangan agar wali dari Luna bisa hadir dalam sidang besar sekolah dua hari yang akan datang.
"Pacar kamu juga boleh datang ke sidang. Dia juga sebagai pelapor perundungan itu sendiri," ujar guru waka kesiswaan tersebut terdengar begitu santainya.
"Dia bukan-"
"Saya mah nggak mau, Pak, punya pacar kek dia," sahut Andra, memotong ucapan Luna yang bahkan belum tuntas. "Orang bar-bar gini, tapi pas dibuli malah diem aja."