Bima mendesis dan kembali berteriak, "Nggak berantem, Bunda!"
Anak laki-laki berkulit coklat tersebut pun langsung berdecak kesal, dan kembali menempelkan punggungnya ke punggung sofa dan menunggu sang adik kembali ke ruang tengah.
Beberapa menit berlalu, namun Andra tak kunjung kembali dan membuat Bima menguap karena lelah menunggunya. Anak itu berdecak kesal karena Andra yang tak kunjung kembali. Ia sendiri masih bingung dan memikirkan bagaimana jadinya jika manusia biadab bernama Kayla itu kembali mengusik kehidupan sekolahnya. Anak itu benar-benar tak tahu akan bagaimana jadinya jika hal itu benar terjadi.
Kali ini Bima hanya bisa berpasrah dengan berharap semua akan baik-baik saja. Ia akan menjaga apa yang berharga untuk adiknya dan juga teman-temannya. Di saat seperti ini, justru bayangan tentang Laras yang melintas di benak Bima. Ia dengan cepat menggeleng dan menepis pikiran tersebut.