"Amit-amit gue punya adek ipar kek lu," sahut Luna, seperti biasa dengan wajah kesal dan alis ditekuk.
"Lo!" Andra berdecak dan kelimpungan menatap Luna dan ke arah lain dengan tidak jelas, saking kesalnya hingga hampir kehabisa kata-kata. "Lo bener-bener, ya! Marah mulu idup lo! Tua cepet, baru tau rasa lo!"
"Eh, ngaca dong! Lo juga dari tadi ambekan mulu! Cemburu sama gebetan lu yang akrab sama temen-temen cowoknya!"
"Diem nggak, lo?!"
"Lo yang diem!"
Melihat pertarungan sengit yang kembali membara lebih panas, Angga hanya bisa melongo tak percaya dan Bima menggeleng pelan merasa lelah. Ada sedikit penyesalan Angga mendukung Luna yang berusaha akrab dengan adik Bima tersebut, namun ia juga salut dengan gadis itu yang tak membawa nama orang lain dengan hal yang buruk.