"Aneh lu."
"Makasih, ya. Maap juga."
"Buat apa?" Andra kebingungan.
"Gue udah iseng nyuruh lo buat bawain bekal makan buat gue. Padahal gue udah nggak apa-apa."
Andra diam dan mulai berpikir kalau ia akan terus membawakan bekal untuk Luna. Bahkan terbesit pikiran ia akan membawa dua bekal sekaligus, untuk dirinya dan juga Luna. Ia jadi berpikir kalau benar kata Luna, bahwa bekal itu dibuatkan oleh orang tersayang. Yang mana seharusnya ia menghargainya dan memakan bekal tersebut dengan nikmat. Namun, anak laki-laki berkulit putih itu justru merasa malu dengan adanya si bekal.
"Nggak apa-apa, lagian bekal yang dibawain bunda jadi ada yang makan," jawab Andra, tersenyum manis.
Luna ikut tersenyum menatapnya. "Tapi ini bekal terakhir kan? Udah sebulan, nih," ujarnya membuat Andra terkekeh dan mengangguk.
"Bakal kangen masakan bunda lo, dong."